Ketika Awdal Nyatakan Pisah dari Somaliland



Gelombang baru perlawanan terhadap separatisme Somaliland muncul dari wilayah Awdal di Somalia utara. Melalui sebuah konvensi yang digelar di Ottawa, Kanada, komunitas diaspora Gadaboursi menyatakan dukungannya terhadap persatuan Somalia sekaligus menolak agenda pemisahan diri yang sejak lama didorong oleh Hargeisa yang kini sudah diakui kemerdekaanya oleh Ethiopia.

Konvensi yang berlangsung akhir pekan itu dihadiri seratus peserta dari kalangan diaspora dan tokoh masyarakat Awdal. Mereka berkumpul di bawah payung Aliansi Diaspora Adal untuk merumuskan masa depan politik wilayah asal mereka.

Ugaas Abdirashiid Ugaas Rooble, pemimpin tertinggi Awdal, hadir langsung dan menyampaikan pidato penutup. Kehadiran tokoh berpengaruh ini menambah bobot legitimasi atas keputusan yang diambil dalam forum tersebut.

Dalam pernyataan resmi yang diterbitkan usai konvensi, para peserta menolak klaim kemerdekaan Somaliland yang dideklarasikan sejak 1991. Sebaliknya, mereka menegaskan kembali komitmen Awdal untuk tetap berada dalam bingkai Somalia yang bersatu.

Langkah ini dinilai berpotensi mengubah peta politik Somalia utara. Selama ini, Somaliland mengklaim Awdal sebagai bagian dari wilayahnya. Namun pernyataan tegas dari konvensi diaspora menantang posisi tersebut dan membuka ruang konflik politik baru.

Selain itu, para peserta sepakat mendirikan Gerakan Negara Bagian Awdal (ASM). Gerakan ini diharapkan menjadi wadah resmi untuk memperjuangkan kemandirian politik, ekonomi, budaya, dan pembangunan bagi masyarakat Awdal.

Mereka juga mengumumkan penarikan diri sepenuhnya dari perjanjian komunitas di Somalia utara. Keputusan ini berlaku segera, menandakan pemutusan hubungan politik yang tajam dengan otoritas Somaliland.

Dalam dokumen yang dibacakan, peserta konvensi mengakui bahwa langkah tersebut memiliki konsekuensi berat. Namun mereka menegaskan kesediaan rakyat Awdal untuk membayar harga apa pun demi menentukan nasib sendiri.

Salah satu poin paling kontroversial adalah seruan kepada perwira dan tentara Awdal yang masih tergabung dalam militer Somaliland. Mereka diminta segera meninggalkan barisan itu dan kembali ke tanah kelahiran untuk “membebaskannya secepat mungkin.”

Seruan ini memberi sinyal bahwa Awdal siap menghadapi kemungkinan konfrontasi militer. Langkah itu mengingatkan pada strategi pasukan SSC yang baru-baru ini berhasil mengusir Somaliland dari Las Anod dan Gooja’adde.

Kekalahan Somaliland di Las Anod pada 25 Agustus menjadi latar penting dalam perkembangan ini. Saat itu, lebih dari 300 prajurit Somaliland tertawan, termasuk komandan Faisal Abdi Botan. Kekalahan itu meruntuhkan kepercayaan diri pasukan separatis.

Para analis mempertanyakan kemampuan Somaliland mempertahankan diri setelah kehilangan begitu banyak personel dan peralatan berat. Situasi ini dinilai membuka peluang bagi wilayah lain untuk menantang kekuasaan Hargeisa.

Awdal, yang selama ini menjadi salah satu wilayah administratif Somaliland, terdiri dari empat distrik dengan ibu kota di Borama. Wilayah ini dihuni oleh suku Dir, Gadaboursi, dan Issa.

Konteks sosial ini penting karena basis dukungan bagi persatuan Somalia cukup kuat di Awdal. Banyak tokoh masyarakat menolak hegemoni Hargeisa yang dianggap hanya menguntungkan kelompok tertentu.

Gelombang unionisme juga muncul di wilayah lain. Pembentukan administrasi SSC-Khaatumo di tanah Dhulbahante menjadi contoh nyata bahwa alternatif terhadap separatisme Somaliland semakin menguat.

SSC secara terbuka menyatakan ingin kembali ke dalam sistem pemerintahan Somalia yang berpusat di Mogadishu. Keinginan itu sekarang sudah terkabul. 

Ketidakpedulian Mogadishu terhadap penderitaan warga yang menjadi korban penembakan Somaliland membuat banyak pihak kecewa. Padahal, momentum ini bisa menjadi peluang emas untuk memperkuat kembali persatuan nasional.

Selain SSC, gerakan politik di provinsi Ga’an Libaah di Togdheer juga menyuarakan agenda serupa. Mereka mendorong integrasi kembali dengan Somalia dan menolak status Somaliland sebagai negara merdeka.

Situasi ini menempatkan Hargeisa dalam posisi sulit. Dengan semakin banyaknya wilayah yang menolak separatisme, Somaliland menghadapi tekanan politik, sosial, dan militer yang kian berat.

Bagi Awdal, keputusan di Ottawa adalah titik balik. Dari diaspora di Kanada, pesan yang dikirim ke Somalia jelas: Awdal memilih persatuan nasional, bukan perpecahan.

Posting Komentar

0 Komentar