Lobe, Keturunan Pedagang Arab yang Menyebar Islam hingga Indonesia


Berbicara tentang sejarah Islam di India, perhatian seringkali terpusat pada kesultanan di utara seperti Mughal. Namun, di selatan, jauh dari kekuasaan Mughal, terdapat komunitas Muslim dengan akar sejarah yang sangat tua dan peran yang vital, salah satunya adalah komunitas Labbai. Di Indonesia, nama mereka akrab disebut sebagai Lobe atau Tuan Lobe, merujuk pada keturunan Arab yang datang dan menyebarkan ajaran Islam ke Nusantara. Kisah mereka berpusat di kota pesisir Nagore, India Selatan, sebuah tempat yang menjadi saksi bisu jalinan hubungan maritim antara India, Timur Tengah, dan Asia Tenggara selama berabad-abad.

Nagore, yang terletak di wilayah Tamil Nadu, merupakan salah satu pelabuhan terpenting di pesisir Coromandel. Sejak abad ke-8 Masehi, kapal-kapal dagang dari Yaman dan Hadramaut berlabuh di sini, membawa rempah-rempah, tekstil, dan yang terpenting, ajaran Islam. Para pedagang ini tidak hanya singgah, melainkan juga menetap, berbaur, dan menikah dengan penduduk lokal. Dari percampuran inilah, lahirlah komunitas Labbai, sebuah kelompok Muslim yang unik dengan identitas budaya yang kaya, mencampurkan tradisi Arab dan Tamil secara harmonis.

Nama "Labbai" sendiri dipercaya berasal dari kata bahasa Arab "Labbaik", yang merupakan ucapan saat ibadah haji, melambangkan kedekatan mereka dengan ibadah dan ajaran Islam. Ada juga yang mengaitkannya dengan kata Tamil "Ilappai", yang berarti orang asing, mencerminkan asal-usul mereka sebagai pendatang yang kemudian berbaur. Terlepas dari asal-usul namanya, komunitas ini dikenal sebagai penganut mazhab Syafi'i yang taat, berbeda dengan mayoritas Muslim di utara India yang bermazhab Hanafi.

Peran Labbai tak hanya sebatas pedagang. Mereka juga dikenal sebagai ulama, guru, dan penyebar Islam yang gigih. Jaringan perdagangan maritim mereka, yang membentang dari Yaman, Malabar, hingga ke Malaka dan Aceh, menjadi jalur penyebaran agama yang efektif. Mereka menyebarkan Islam bukan melalui penaklukan, melainkan melalui dakwah yang damai dan asimilasi budaya. Makam Syekh Shahul Hamid di Nagore Dargah, yang berdiri megah sejak abad ke-16, menjadi bukti nyata betapa kuatnya pengaruh Sufisme dalam komunitas ini.
Nagore Dargah tidak hanya sekadar makam, melainkan pusat spiritual yang menarik peziarah dari berbagai negara, termasuk Indonesia. Di sana, Labbai merayakan Kanduri Festival, sebuah perayaan tahunan yang mirip dengan sedekah, di mana makanan dibagikan kepada ribuan orang tanpa memandang agama atau kasta. Tradisi ini menunjukkan betapa nilai-nilai kemanusiaan dan spiritualitas menjadi inti dari ajaran yang mereka anut. Mereka juga mengembangkan seni Islami yang khas, seperti Marhaban, nyanyian pujian dalam bahasa Tamil dengan irama yang kental nuansa Arab, menunjukkan bagaimana budaya dan agama berpadu menjadi satu.

Berbeda dengan komunitas Muslim lain di India Selatan, seperti Rowther yang dikenal sebagai kavaleri atau pedagang darat, Labbai lebih berfokus pada aktivitas keagamaan dan perdagangan laut. Ada pula Mappila di Kerala, yang memiliki tradisi matrilineal yang unik, sesuatu yang tidak ditemukan dalam tradisi Labbai. Namun, semua komunitas Muslim di India Selatan ini, termasuk Beary di Karnataka, Dakhini Muslim di Deccan, dan Navayath di Bhatkal, memiliki satu benang merah yang sama, yaitu pengaruh budaya lokal yang kuat, berbeda dengan Muslim di utara India yang lebih terpengaruh oleh budaya Persia dan Turki.

Di tengah keberagaman ini, komunitas Labbai dan jejaknya di Indonesia menunjukkan betapa luasnya jaringan Islam di masa lampau. Ketika pedagang Labbai datang ke Nusantara, mereka membawa serta identitas unik mereka, yang kemudian dikenal sebagai Tuan Lobe. Nama ini menjadi penanda bagi para pedagang dan ulama yang datang dari India Selatan, membawa ajaran Syafi'i, dan meninggalkan warisan tak ternilai dalam sejarah Islam di Nusantara.

Dengan demikian, peran komunitas Labbai di Nagore tidak bisa dipandang sebelah mata. Mereka adalah jembatan budaya dan agama antara India, Timur Tengah, dan Indonesia. Kisah mereka adalah pengingat bahwa Islam di Asia Tenggara memiliki akar yang sangat dalam dan beragam, tidak hanya datang dari satu arah, tetapi dari berbagai jalur, termasuk dari para Tuan Lobe yang berlayar jauh dari pesisir Tamil Nadu.


Posting Komentar

0 Komentar