Pada tanggal 7 Maret 2025, Suriah dikejutkan oleh upaya kudeta bersenjata yang terencana. Namun, berkat kesigapan intelijen Turki, yang telah mencium rencana tersebut beberapa hari sebelumnya, kudeta tersebut berhasil digagalkan dalam waktu singkat, hanya tujuh jam.
Dalang di balik kudeta ini adalah Iran, yang merencanakan dan mengoordinasi gerakan tersebut. Mereka didukung oleh oknum atau beberapa elemen SDF Kurdi (kadang ditulis Qasad), yang menyediakan pendanaan dan dukungan logistik, serta sisa-sisa rezim yang digulingkan, yang turut berpartisipasi dengan kekuatan militer.
Turki, yang memiliki kepentingan strategis di kawasan tersebut, segera bertindak dengan memperingatkan Iran agar tidak ikut campur dalam stabilitas Suriah.
Peringatan ini menunjukkan keseriusan Turki dalam menjaga perdamaian dan keamanan di wilayah tersebut.
Kudeta dimulai dengan serangkaian serangan bersenjata yang terkoordinasi di pusat-pusat keamanan publik Suriah. Di saat yang sama, kelompok-kelompok yang berafiliasi dengan pelaku kudeta mencoba mengendalikan wilayah-wilayah strategis, sementara protes rakyat yang dibuat-buat diorganisir untuk menciptakan kekacauan dan ketidakstabilan.
Namun, respons cepat dan tegas dari pasukan keamanan Suriah, yang didukung oleh serangan udara Turki yang menghancurkan konvoi pasukan kudeta yang datang dari wilayah SDF Kurdi, berhasil mematahkan upaya kudeta tersebut.
Dalam upaya kudeta ini, sekitar 2.500 pejuang dari sisa-sisa rezim yang digulingkan bergabung dengan pasukan SDF Kurdi. Namun, jumlah ini tidak sebanding dengan setengah juta sukarelawan Suriah yang menyatakan kesiapan mereka untuk mempertahankan negara.
Solidaritas internasional juga ditunjukkan oleh Arab Saudi, yang secara terbuka mengumumkan dukungannya untuk pemerintah Suriah. Dukungan ini memperkuat posisi pemerintah Suriah dalam menghadapi upaya kudeta tersebut.
Setelah kudeta berhasil digagalkan, pemerintah Suriah diperkirakan akan melancarkan operasi keamanan untuk mengejar dan menangkap semua yang terlibat. Operasi ini bertujuan untuk memastikan bahwa para pelaku kudeta diadili sesuai dengan hukum yang berlaku.
Masa depan Suriah pasca-kudeta masih belum pasti. Ada beberapa skenario yang mungkin terjadi, seperti serangan pencegahan oleh pemerintah Suriah terhadap kelompok-kelompok yang masih setia kepada pelaku kudeta.
Skenario lain adalah upaya balas dendam dari pasukan kudeta yang tersisa, yang mungkin mencoba melancarkan serangan-serangan sporadis untuk mengganggu stabilitas negara.
Selain itu, ada juga kemungkinan kesepakatan regional antara negara-negara yang berkepentingan di Suriah, yang bertujuan untuk menciptakan solusi politik yang komprehensif untuk konflik tersebut.
Intervensi internasional langsung oleh kekuatan-kekuatan dunia juga merupakan skenario yang mungkin terjadi, meskipun hal ini dianggap kurang mungkin mengingat kompleksitas situasi di Suriah.
Namun, skenario yang paling mungkin adalah pemerintah Suriah melancarkan kampanye keamanan yang luas untuk memberantas sisa-sisa pasukan kudeta, sementara kekuatan regional mendorong penyelesaian politik melalui dialog dan negosiasi.
Penyelesaian politik ini diharapkan dapat menciptakan stabilitas jangka panjang di Suriah dan mencegah terulangnya upaya kudeta di masa depan.
Upaya kudeta yang gagal ini telah menunjukkan betapa rapuhnya stabilitas di Suriah, yang masih dilanda konflik dan ketidakstabilan.
Namun, respons cepat dan tegas dari pemerintah Suriah, yang didukung oleh sekutu-sekutunya, telah berhasil mencegah terjadinya kekacauan yang lebih besar.
Masa depan Suriah masih penuh dengan tantangan, tetapi dengan dukungan dari komunitas internasional dan komitmen dari semua pihak yang terlibat, perdamaian dan stabilitas dapat dicapai.
0 Komentar