Sejarah Deli

KEMBALI KE SEJARAH DELI
Oleh Tengku Anwar Bin Tengku Murad
I. Asal Raja Deli dari Kejeruan Metar Bilad Deli

Bermula dari perjalanan Raja Ahmad Nagar bernama Manipurindam dalam mengarungi Samudera dengan misi untuk melihat daerah lain menggunakan Kapal. Saat Raja itu melewati Samudera Laut Aceh kapal yang ditumpangi oleh Raja itu beserta dengan beberapa orang pengawal itu pecah karena badai yang besar.

Menggunakan peralatan mengapung seadanya, salah satu peralatan itu adalah Gong bernama Anjing Laut yang terbuat dari logam mulia. Akhirnya Raja Manipurindam terdampar di Pantai Kerajaan Aceh yang masa itu Reajanya adalah Haidar Bin Malik al Saiyid.

Masyarakat pesisir Pantai yang melihat terdamparnya ketujuh orang dari Negeri Ahmad Nagar melihat beberapa keanehan yang salah satu diantaranya adalah terbaringnya salah satu dari ke tujuh orang itu berada di atas badan enam orang yang lain dalam keadaan melintang.

Terdamparnya tujuh orang asing itu selanjutnya di laporkan Masyarakat Pesisir Pantai Ach pada Sang Raja Aceh.

Selanjutnya setelah dibawa ke Istana barulah Raja Aceh mengetahui salah satu diantara mereka adalah seorang Raja dari Kerajaan Ahmad Nagar bernama Manipurindam, lalu Raja Aceh mengawinkan Manipurindam dengan salah seorang anaknya yang bernama Nihrasah Rawangsa.

Dari perkawninan ini pasangan itu memperoleh dua orang putra yang bernama Tuanku Saidi Marhum dan Tuanku Saidi Abdul Falaif sebagai anak keduanya.

Pada masa dewasanya Tuanku Saidi Marhum diangkat menjadi Raja Pasai dan Tuanku Saidi Abdul Falaif di utus ke Negeri Deli sebagai Panglima Raja Aceh. Tuanku Saidi Abdul Falaif di Tanah Deli mempersunting Putri Datuk Serbanyaman bernama Putri Nang Buluan.

Dalam perkawinan itu Tuanku Saidi Abdul Falait memperoleh dua orang anak laki-laki bernama Gunja Pahlawan dan Jugi. Gunja Pahlawan lalu menjadi satu satunya Putra Deli yang menjadi Panglima Aceh sedangkan Jugi tidak diketahui kabar beritanya.

Dalam perjalanan karirnya Gunja Pahlawan memperoleh gelar Sri Johan Indera Pahlawan. Dalam perkawinannya Gunja Pahlawan memperoleh anak bernama Kejeruan Sinembah, Putra Gunja Pahlawan inilah yang membawa marga Sembiring Pelawi (Sembiring yang di rajakan).

Dalam perkawinannya, Kejeruan Sinembah memperoleh anak bernama Tengku Sutan Panglima Tua dan Tengku Kesawan. Tengku Panglima Tua dalam hidupnya memperoleh seorang anak bernama Tengku Sutan Panglima, sedangkan Saudaranya Tengku Kesawan pindah ke Serba Jadi memperoleh dua orang Putra bernama Tengku Laiddin dan Tengku Aripin, kedua orang Putra Tengku Kesawan inilah yang menjadi asal muasal Kejeruan Santun Serba Jadi.

Sementara Tengku Panglima mempunyai anak dua orang yang bernama Tengku Mahmud yang bergelar Tengku Kejeruan Ketaren dan Tengku Mahidin yang bergelar Tengku Kejeruan Padang dan dari Tengku Kejeruan Padang inilah asal usul Raja-raja Deli dan Raja-raja Serdang yang sekarang ini.

Setelah waktu berselang Tengku Kejuruan Ketaren memperoleh an ak bernama Tengku Jalaluddin (Asal Usul Kejeruan Metar Bilad Deli). Tengku Kejeruan Padang inilah berputra Tengku Derap dan Tengku Umar.

Semasa dewasanya Tengku Jalaluddin yang bersaudara dengan Tengku Derap dan Tengku Umar, mereka bersilaturahmi selalu, walaupun dalam kesehari-hariannya mereka melakukan aktivitas masing-masing, dalam masa itu di Tanah Deli Pemerintahan masih otonom satu sama lain karena belum adanya seseorang yang di Rajakan, oleh karena itu diantara Kedatukan Deli berangkatlah ke Negeri Aceh atas permintaan Raja Aceh masa itu. Kedatukan yang pada masa itu disebut Raja Aceh dengan sebutan Suku, berangkat ke Aceh, diantaranya SUku Sinembah (Datuk Patumbak) karena dia yang pertama menyembah disebutlah oleh Sultan Aceh menjadi Datuh Sinembah atau yang pertama kali menyembah, kedua suku Serbanyaman (Datuk Sunggal) ketiga Suku Sepuluh Dua Kota. Datuk Hamparan Perak, keempat Suku Suka Piring (Datuk Kampung Baru) dan kelima suku Ujung (Kejeruan Unjung daerah Serba Jadi).

Pada kesempatan itu dirungkanlah Siapa yang paling pantas untuk di Rajakan ditanah Deli sebagai Pemimpin Tanah Deli. Berdasarkan Silsisilah dan kajian kelayakan di putuskan Raja Aceh yang berunding dengan 5 suku di Tanah Deli, bahwa Tengku Derap bin Tengku Mahidin lah yang paling berhak menjadi Raja di Tanah Deli. Selanjutnya Raja Aceh menitahkan perwakilan 5 Suku Deli ini menyampaikan khabar bahagia ini kepada Tengku Derap, dalam titah itu juga Sang Raja Aceh berkata “Hai Hulubalang Negeri Aceh (Sebutan Suku dari Raja Aceh) pulanglah kamu ke Negeri Deli, Engkau Rajakan Rajamu itu Panglima tiap-tiap adalanya adalah Kejeruan Metar, itulah Rajamu adapun Kerajaan Raja itu Kejeruan Metarlah Pemangkunya. Dan apabila habis Rajamu itu atau sudah hab is sebangsanya maka Suku Serbanyaman itulah Engkau mencari Raja yang tentu menjadi Raja. Adapun Serbanyaman itu ibarat Kapan Kepada Raja itu dan Suku Sinembah ibarat Lorong pada Raja itu, maka engkau Kelimalah yang memeliharakan Rajamu itu dan Serbanyaman itu ULUN JANJI, pesan Raja Aceh pada Lima orang Utusan Deli itu ..
Mendapat kabar mengenai penunjukan Tengku Derap bin Tengku Mahidin menjadi Raja Deli, beliau (Tengku Derap) menyambut kabar itu dengan suka cita, tapi mengingat dirinya adalah anak dari Tengku Mahidin yang merpakan saudara kedua dari Tengku Mahmud maka Tengku Derap menganggap yang paling berhak dalam memerintah Negeri Deli ini adalah Tengku Jalaluddin sebagai anak dari Tengku Mahmud. Selanjutnya Tengku Derap menyarankan agar Lima Datuk (Suku) mengalihkan kewenang itu pada abang Sepupunya Tengku Jalaluddin untuk memimpi Negeri Deli.

Permintaan Tengku Derap melalui Lima Datuk itu didengar oleh Tengku Jalaluddin, tapi dia menolak menjadi Raja Deli, timbul kebingungan sang Datuk saat itu, lalu Tengku Jalaluddin menyarankan agar Lima Datuk bersama dirinya berangkat ke Rumah Tengku Derap untuk meminta adik sepupunya itu menjadi Raja Deli, sedangkan dirinya tetap menjadi Kejeruan Metar Bilad Deli yang bermukim di Negeri Deli Bagian Utara yang memiliki wilayah diatur sendiri.

Setelah permintaan itu disampaikan pada Tengku Derap maka resmilah Tengku Derap yang menjadi Raja Deli dengan Gelar Sutan Panglima Pederap Syah yang di nobatkan Kedatukan dan dibantu oleh Kejeruan yang ada di tanah Deli, kedudukan Raja pada masa ini di Rantau Baru. Rapat pertama setelah diangkatnya Tengku Derap menjadi Raja Negeri Deli dengan Gelar Sutan Panglima Pederap Syah dilaksanakan di Jabi Rambai yang berlokasi di Seberang Sungai. Titipapan, saat itu sekalian pemangku adat, kedatuk dan dan masing-masing Kejeruan berkumpul di Jabi Rambai. Saat itulah Titah pertama Sang Sutan Panglima Pederap Syah di sampaikan yang isinya mengatakan wilayah Kejeruan Metar Bilad Deli yang merupakan pimpinan Abang sepupunya Tengku Jalaluddin meliputi ilirnya kampung alai/ simpang kantor sekarang. Sebelah Ulun (utara) dengan wilayah Gelugur dan Baratnya dengan wilayah Percut serta Timurnya dengan wilayah Sungai Cempaka / Sungai Bedera. Setelah Mufakat itu terucap maka perjanjian lisanpun diadakan dihadapan yang hadir, maka usai acara itu kembalilah para datuk ke asal masing-masing.
Adapun Tengku Jalaluddin Kejeruan Metar pindah kedaerah Mabar untuk bermukim dan dengan hasil perkawinannya mendapat tujuan orang anak, empat laki-laki dan tiga orang perempuan. Sedangkan Tengku Umar yang merupakan adik kandung Sutan Panglima Pederap Syah Raja Deli di pindahkan Tengku Jalaluddin ke daerah Sedang dan sekalian Datuk – datuk yang berada di Serdang harus me Rajakan Tengku Umar, lalu Tengku Umar mempunyai anak bergelar Sutan Johan dan seorang lagi bernama Tengku Hayat. Setelah Tengku Umar Wafat atas perintah Tengku Kejeruan Metar Bilad Deli, jasad Tengku Umar di Makamkan di Sampali, begitu juga dengan Sutan Johan juga dikebumikan di Sampali karena belum ada Zuriat-Zuriat (keluarganya) di Makamkan di Negeri Serdang. Adapun Tengku Hayat mempunyai dua orang putera bernama Tengku Pangeran dan Tengku Panglima. Sementara Sutan Johan merupakan anak pertama Tengku Umar mempunyai anak bernama Sutan Basyar Syah lalu keturunan selanjutnya dari Sutan Basyar Syah bernama Sutan Basyaruddin.

KEJERUAN METAR BILAD DELI

         Tuanku Mani Purindam
          Panglima Besar Aceh (kerajaan pasai)

         Tuanku Syaidi Falaif ibni
         Suami dari putri datuq serbanyaman 
         (Sri Nang Boluan)
Tuanku Panglima Gocah Pahlawan Ibni
Tuanku Senembah (dapat gelar Sembiring Pelawi dari karo)
Tuanku Sutan Panglima Tua, Ibni
Tuanku Sutan Panglima, Ibni
Tuanku Mahmud (kejeruan Kataren) Ibni
Tuanku Dajalaluddin Gelar Kejeruan Metar Bilad Deli, Ibni
1709 (29 Dzulqa'idah 1121)-1789
Tuanku Samsu Takjib Gelar Kejeruan Metar Bilad Deli, Ibni
1735-1807
Tuanku Nabab (Deli Iraq) Gelar kejeruan Metar Bilad Deli, Ibni
1761-1811
Tuanku Gabal Gelar Kejeruan Metar Bilad Deli, Ibni
1782-1815
Tuanku Syahbuddin Gelar Kejeruan Metar Bilad Deli, Ibni
1807-1883
Tengku Sahid/Sulung Gelar kejeruan Metar Bilad Deli, Ibni
1834-1922
Tengku Pandi Gelar Kejeruan Metar Bilad Deli, Ibni
1855-1960
Tengku Mahiddin Gelar Kejeruan Metar Bilad Deli, Ibni
1925-1960
Tengku Zaini Gelar Kejeruan Metar Bilad Deli, Ibni
1954-2008
Tengku Muhammad Fauzi S.Kom MH, Gelar Kejeruan Metar Bilad Deli, Ibni
1984-sampai saat ini

Posting Komentar

0 Komentar