Di Mazraat Shuaiha, kamp pengungsi di pedesaan al-Bab, Aleppo, musim dingin tahun ini datang dengan dingin yang menusuk. Ratusan keluarga pengungsi menghadapi kondisi ekstrem tanpa sumber pemanas yang memadai.
Biasanya, setiap musim dingin, kamp menerima bantuan batubara dari berbagai organisasi. Tahun ini, bantuan tersebut sama sekali tidak datang. Ali al-Asseini, salah satu penghuni, menyebut musim dingin ini sebagai yang terburuk sepanjang hidupnya.
Batubara yang dulu menjadi sumber pemanas utama kini hilang. Keluarga-keluarga harus menghadapi dingin tanpa alternatif aman. Ali menjelaskan, banyak keluarga tidak dapat pindah ke tempat lain sehingga kebutuhan pemanasan menjadi mendesak.
Youssef Faisal Haj Sheikh, penghuni lain, menegaskan bahwa kondisi kamp tetap buruk akibat tidak adanya layanan dasar yang bisa membantu menghangatkan. Krisi ini bukan hanya masalah musim, tetapi masalah struktural yang memburuk setiap tahun.
Di kamp al-Zaytoun dekat Azaz, fenomena serupa terjadi, bahkan lebih parah. Keluarga terpaksa membakar limbah plastik dan potongan kayu untuk menghangatkan diri. Metode ini berbahaya bagi kesehatan, terutama anak-anak dan lansia.
Beberapa warga menggunakan minyak bekas atau oli dari stasiun bahan bakar. Asap beracun memenuhi tenda-tenda sempit, membuat kondisi semakin berbahaya. Tahun-tahun sebelumnya, batubara setidaknya membantu meringankan situasi.
Di Bira Kaftin, Idlib, anak-anak mengumpulkan kardus dan plastik dari jalanan untuk dijadikan bahan bakar. Keluarga mencoba bertahan dengan selimut, namun bantuan pemerintah atau organisasi belum tiba.
Kondisi ini menunjukkan ketimpangan akses energi. Warga kota memiliki lebih banyak opsi, seperti pemanas diesel, gas, atau listrik, sementara pengungsi bergantung pada metode berisiko tinggi.
Di pasar Souq al-Manakhliya dan al-Marja, permintaan pemanas diesel meningkat 50–75 persen dibanding tahun lalu. Diesel lebih murah dan tersedia dibanding kayu, gas, atau listrik.
Pemanas diesel jenis “bulat” menjadi favorit. Unit lebih besar konsumsi dieselnya tinggi sehingga kurang diminati. Harga pemanas sedang berkisar 600.000–700.000 SYP, sedangkan pemanas besar mencapai 1,5 juta SYP.
Pemanas kayu, sebelumnya populer, kini kurang diminati karena biaya tinggi dibanding diesel. Hanya daerah pedesaan tertentu masih mengandalkan kayu, meski terbatas.
Pemanas listrik dengan kapasitas rendah digunakan untuk “menghilangkan dingin” tanpa membebani tagihan listrik. Konsumsi mulai 750 watt hingga 3 ampere, cukup untuk kamar kecil dan anak-anak sebelum sekolah.
Pemanas gas tetap diminati karena cepat hangat dan harga relatif terjangkau. Satu tabung gas bisa digunakan 20–25 hari, tergantung pemakaian lima jam per hari.
Kenaikan harga energi membuat keluarga berpenghasilan rendah kesulitan membeli bahan bakar. Penghasilan rata-rata keluarga Suriah saat ini hanya US$150–200 per bulan, pensiunan dan rumah tangga miskin hanya US$80.
Kebutuhan diesel 120–150 liter per bulan setara dengan seluruh penghasilan keluarga berpenghasilan rendah. Mengandalkan kayu, cangkang biji, atau bahan alternatif lain membutuhkan biaya yang tidak terjangkau 70 persen keluarga.
Kebijakan pemerintah yang melepas subsidi energi dan menaikkan harga listrik menambah beban masyarakat. Program sebelumnya memberi 100 liter diesel bersubsidi per keluarga, kini tidak ada.
Para ahli ekonomi menyarankan restrukturisasi subsidi melalui transfer tunai kepada keluarga miskin, investasi pemanas hemat energi, kredit kecil untuk rumah tangga pedesaan, dan penggunaan minyak bantuan untuk program darurat.
Setiap musim dingin, warga Suriah menghadapi dilema antara menghadapi dingin atau menghirup asap beracun dari bahan bakar alternatif. Ketiadaan dukungan resmi membuat pemanasan menjadi kemewahan yang tak terjangkau bagi sebagian besar keluarga.
Situasi ini menyoroti kesenjangan sosial dan ekonomi akibat kebijakan energi dan distribusi sumber daya yang tidak merata. Pertanyaan yang tersisa adalah, sampai kapan warga Suriah harus mencari kehangatan dalam kondisi ekonomi yang menekan, tanpa perlindungan pemerintah?
0 Komentar