Sejarah Kesultanan Pasai, salah satu kerajaan Islam tertua di Nusantara, kembali menguak tirai misteri melalui temuan inskripsi kuno. Sebuah batu nisan yang terabadikan di bumi Aceh, menyimpan kisah seorang panglima perang yang gagah berani, Raja Kanayan. Namanya, yang kini kembali mencuat ke permukaan, bukan sekadar sebuah identitas, melainkan sebuah simfoni keberanian, kehormatan, dan kepemimpinan di masa lampau.
Inskripsi pada nisan tersebut menyingkap tabir julukan yang disematkan kepadanya: "Sang Penyergap Musuh," "Berasal dari keluarga/keturunan terhormat," dan "Sang Pemberani." Julukan-julukan ini bukan sekadar atribut, melainkan cerminan dari karakter dan peran sentralnya dalam menjaga kedaulatan Kesultanan Pasai. Ia adalah sosok yang tak gentar menghadapi bahaya, cerdik dalam strategi, dan lahir dari garis keturunan yang disegani.
Lebih dari sekadar julukan, inskripsi ini juga memberikan petunjuk tentang tanggal wafatnya. Raja Kanayan berpulang pada malam Sabtu, 3 Sya'ban 872 H, yang jika dikonversi ke kalender Masehi jatuh pada tahun 1468 M. Tanggal ini menempatkannya dalam lini masa penting sejarah Pasai, sebuah periode di mana Kesultanan tersebut berada di puncak kejayaan dan menghadapi berbagai dinamika politik serta perdagangan maritim.
Sumber informasi ini, CISAH (Central For Information Sumatra Pasai Heritage), sebuah lembaga yang berdedikasi melestarikan warisan sejarah Sumatra dan Pasai, telah melakukan kerja keras dalam mengungkap kebenaran di balik peninggalan bersejarah ini. Peran Tgk. Taqiyuddin Muhammad Lc., seorang epigrafer dan sejarawan terkemuka, sangat vital dalam menerjemahkan dan menginterpretasikan aksara kuno yang terukir di batu nisan tersebut.
Keberadaan inskripsi ini menjadi bukti tak terbantahkan tentang eksistensi Raja Kanayan, sebuah nama yang mungkin selama ini hanya bersemayam dalam narasi lisan atau catatan-catatan kuno yang belum sepenuhnya terkuak. Penemuan ini membuka peluang baru untuk memahami lebih dalam struktur militer, silsilah kerajaan, dan dinamika sosial politik di Kesultanan Pasai pada abad ke-15.
Namun, di balik kisah heroiknya, nama Kanayan menyimpan sebuah misteri yang lebih dalam. Menjelajah lebih jauh dari tanah Aceh, kita menemukan jejak nama "Kanayan" yang tersebar di berbagai belahan dunia, memicu pertanyaan tentang kemungkinan korelasi atau asal-usul yang sama. Salah satu jejak menarik adalah kehadiran "Guru Kinayan" di Tanah Karo, Sumatera Utara. Menurut Buya Hamka menjadi salah satu muballigh terkenal di Karo dan keturunannya mempunya marga Guru Kinayan yang masuk dalam rumpun marga Sembiring.
Guru Kinayan dikenal sebagai tokoh spiritual atau pemimpin masyarakat adat di kalangan suku Karo. Meskipun belum ada bukti langsung yang menghubungkan Raja Kanayan/Guru Kinayan dengan Marga Sembiring Gurukinayan di Tanah Karo, kemiripan nama ini memicu spekulasi yang menarik. Mungkinkah ada perpindahan budaya atau migrasi individu yang membawa nama tersebut?
Satu skenario yang mungkin adalah adanya penyebaran nama melalui jalur perdagangan maritim yang ramai di Nusantara. Pedagang dan pelaut dari Pasai mungkin telah berinteraksi dengan masyarakat di Tanah Karo, dan nama "Kanayan" bisa jadi merupakan nama yang dihormati atau dikenal luas di kalangan mereka, sehingga diadopsi atau menjadi bagian dari penamaan lokal.
Skenario lain mengarah pada kemungkinan adanya kaitan kekerabatan atau ikatan budaya yang lebih kuno, jauh sebelum era Kesultanan Pasai. Bisa jadi, nama "Kanayan" adalah sebuah nama yang telah ada dalam tradisi atau bahasa proto-Melayu yang lebih luas, kemudian berkembang secara independen di berbagai wilayah.
Melampaui batas Nusantara, nama "Kinayan" juga muncul di Filipina sebagai nama tempat. Keberadaan sebuah lokasi bernama "Kinayan" di kepulauan tersebut menambah kompleksitas misteri ini. Meski ada catatan yang menyebut bahwa pada era Samudera Pasai, dakwah Islam telah sampai ke Filipina dan banyak orang Luzon (Lusong), Manguindanau dan pulau-pulau sekitar yang belajar Islam di Aceh dahulu kala. Pengaruh Sriwijaya, Medan, Majapahit juga sampai ke Filipina.
Filipina, dengan sejarah maritimnya yang panjang, memiliki banyak jejak interaksi dengan kerajaan-kerajaan di Nusantara. Apakah nama ini merupakan sisa dari kontak perdagangan atau pengaruh budaya di masa lalu?
Skenario yang memungkinkan adalah bahwa pelaut atau pedagang dari Pasai atau wilayah sekitarnya yang mengenal nama "Kanayan" mungkin telah berlayar hingga ke Filipina dan menamai suatu tempat dengan nama yang familiar bagi mereka. Atau, bisa jadi ada migrasi komunitas dari Nusantara yang membawa serta nama-nama atau identitas budaya mereka ke Filipina.
Lebih mencengangkan lagi, nama keluarga "Kinayan" juga ditemukan di Armenia, sebuah negara di Kaukasus Selatan. Orang Armenia juga ada di Persia atau Iran sekarang. Sejarah Samudera Pasai juga terkait Persia. Penemuan ini membuka dimensi baru yang jauh lebih luas dalam menelusuri asal-usul nama "Kanayan". Armenia, meskipun secara geografis jauh dari Asia Tenggara, memiliki sejarah kuno yang kaya dengan jaringan perdagangan dan migrasi global.
Satu skenario yang dapat dipertimbangkan adalah adanya kontak antara peradaban di Asia Barat Daya dengan Nusantara melalui jalur perdagangan kuno, seperti Jalur Sutra maritim. Pedagang atau penjelajah dari Armenia mungkin telah berinteraksi dengan komunitas di Asia Tenggara, atau sebaliknya, membawa serta nama-nama yang menjadi bagian dari warisan budaya mereka.
Skenario lain yang lebih spekulatif adalah adanya akar linguistik atau etimologis yang sama untuk nama "Kanayan" atau "Kinayan" dalam bahasa-bahasa kuno yang lebih luas, yang kemudian berkembang dan menyebar secara independen di berbagai wilayah yang berbeda. Ini menunjukkan kemungkinan adanya akar kata yang sama yang tersebar luas secara geografis.
Tidak dapat dipungkiri bahwa migrasi besar-besaran, baik yang disengaja maupun tidak, sepanjang sejarah juga dapat menjadi faktor penyebaran nama.
Kelompok-kelompok etnis yang berpindah tempat seringkali membawa serta identitas, termasuk nama-nama pribadi atau nama keluarga, ke wilayah baru yang mereka tempati.
Asal-usul nama "Kanayan" bisa jadi sangat kompleks, melibatkan perpaduan antara sejarah lokal Pasai, jalur perdagangan kuno, migrasi manusia, dan bahkan mungkin akar linguistik yang lebih dalam. Setiap kemunculan nama "Kanayan" atau "Kinayan" di berbagai belahan dunia adalah sebuah teka-teki yang menunggu untuk dipecahkan.
Studi komparatif antara tradisi lisan, catatan sejarah, dan temuan arkeologi dari Pasai, Tanah Karo, Filipina, dan Armenia akan sangat penting untuk mencoba menjalin benang merah di antara jejak-jejak nama ini. Disiplin ilmu seperti linguistik komparatif dan genetika populasi juga dapat memberikan petunjuk berharga dalam mengungkap misteri ini.
Meskipun saat ini belum ada jawaban pasti mengenai keterkaitan nama "Kanayan" di berbagai lokasi ini, kemunculannya yang berulang kali di berbagai budaya dan geografi adalah sebuah fenomena yang patut diselidiki lebih lanjut. Ini menunjukkan bahwa ada sebuah narasi yang lebih besar di balik nama Raja Kanayan dari Pasai.
Penting untuk diingat bahwa penemuan inskripsi ini tidak hanya memperkaya khazanah sejarah Indonesia, tetapi juga membuka cakrawala penelitian yang lebih luas tentang konektivitas budaya dan sejarah di tingkat global. Nama "Kanayan" adalah sebuah kunci yang mungkin membuka pintu menuju pemahaman yang lebih dalam tentang pergerakan manusia dan penyebaran budaya di masa lampau.
Oleh karena itu, penelitian lanjutan yang melibatkan berbagai disiplin ilmu sangatlah krusial. Kolaborasi antara sejarawan, epigrafer, arkeolog, linguis, dan bahkan ahli genetika dapat membantu menyusun kepingan-kepingan puzzle ini menjadi gambaran yang lebih utuh tentang asal-usul dan penyebaran nama "Kanayan" atau "Kinayan" di seluruh dunia.
Pada akhirnya, kisah Raja Kanayan dari Kesultanan Pasai bukan hanya tentang seorang panglima perang yang heroik, melainkan sebuah undangan untuk menelusuri jejak-jejak sejarah yang lebih luas, melintasi batas-batas geografis dan waktu. Misteri di balik namanya adalah sebuah pengingat bahwa sejarah seringkali lebih kompleks dan saling terkait daripada yang kita bayangkan.
Baca selanjutnya
https://www.facebook.com/share/p/16gWeQ77aJ/
https://www.facebook.com/share/p/1HgNViVyxG/
https://www.facebook.com/share/p/1B8759Npfo/
https://www.facebook.com/share/p/1EtJYDyAF5/
0 Komentar