Konflik Sudan; Tawuran antar Aparat dalam Skala Besar

Apa yang terjadi di Sudan sekarang ini khususnya dalam enam hari belakanhan dapat disebut sebagai tawuran antar aparat dalam skala besar.

Antara Presiden dan Wakil Presiden de facto. Yang pertama adalah panglima angkatan bersenjata Jenderal Abdul Fattah Al Burhan dan yang kedua adalah pimpinan tertinggi paramiliter (RSF) Jenderal Muhammad Hamdan Dagalo.

RSF memiliki kekuatan sekitar 100 ribu pasukan. Namun angkatan bersenjata mempunyai semua matra dari laut, udara dan pasukan khusus.

Sebelum terjadi bentrok keduanya memang sudah bersaing di berbagai lini, khususnya dunia bisnis. Mulai dari pengusahaan tambang, BUMN dan lain sebagainya.

Keduanya mempunyai struktur pemerintahan sendiri di luar birokrasi pemerintah yang sah.

Bahkan ketika Sudan mengalami krisis, baik RSF maupun bisnis militerlah yang memyelamatkan perekonomian negara, sebuah gambaran bahwa betapa kekuatan ekonomi masing-masing yang bertikai setara atau lebih baik dari kekuatan ekonomi yang dikuasai oleh pemerintah.

Persaingan ketat antar keduanya ini dapat dengan mudah dimanfaatkan oleh pihak ketiga. Siaga tempur kedua instansi dapat disulut menjadi peperangan oleh pihak yang ingin kedua belah pihak bertikai.

Dalam sebuah rilisnya RSF menjelaskan bahwa foto-foto pasukannya melakukan penjarahan di hari pertama bukanlah padukannya. Namun pihak tak dikenal menggunakan baju dinas mereka.

Namun, baik militer dan RSF sudah terlalu perang dan saling memamerkan korban mereka. Jika keduanya mau berdamai dan sepakat untuk membentuk tim pencari fakta awal terjadinya kerusuhan, kemungkinan hal itu bisa dijelaskan.

Namun, prospek untuk berdamai sangat kecil mengingat kedua belah pihak telah terlanjur baku hantam.

Posting Komentar

0 Komentar