Arab Saudi merupakan rumah bagi banyak miliuner kelas dunia. Selain Pangeran Alwaleed Bin Talal Alsaud, yang merupakan orang terkaya di Timur Tengah, Arab Saudi juga punya Syeikh Mohammed Hussein Ali Al Amoudi. (Baca)
Seperti dilaporkan Forbes, kekayaan laki-laki berusia 70 tahun ini mencapai US$ $15,3 miliar atau sekitar Rp 153 triliun. Nilai ini hampir sama dengan defisit APBN 2013. Jika sang syeikh berbaik hati mendermakan seluruh hartanya, maka mungkin Indonesia tidak perlu berutang untuk menutup defisit APBN tahun lalu.
Al Amoudi adalah blasteran Arab Saudi-Etiopia. Dia dibesarkan di Etiopia sebelum pindah ke Arab Saudi pada usia 19 tahun. Sejak saat itu dia menjadi warga negara Arab Saudi.
Bisnis Al Amoudi dikendalikan melalui dua perusahaannya yaitu Corral Petroleum Holding dan Mohammed International Development Research aand Organization Companies (MIDROC). Bidangnya bermacam-macam, mulai dari minyak, pertambangan, pertanian, hotel, rumah sakit, dan sebagainya.
Al Amoudi juga melebarkan sayap bisnis hingga ke luar negeri, seperti kilang minyak di Maroko dan Swedia. Disinyalir Al Amoudi adalah investor asing terbesar di Swedia.
Bagai kacang tak lupa dengan kulitnya, Al Amoudi juga berinvestasi untuk menggerakkan perekonomian di Etiopia. Dia memiliki tambang emas di negara tersebut dan menjadi kontributor bagi hasil terbesar kepada pemerintah.
Selain itu, sang Syeikh pun membangun pabrik semen dan lahan pertanian di Etiopia. Hasil pertaniannya diekspor ke berbagai negara, termasuk dipakai oleh perusahaan-perusahaan ternama seperti Starbucks dan Lipton.
Dia juga berkontribusi dalam pembangunan bendungan di daerah barat laut Etiopia. Hotel Sheraton Addis Ababa miliknya juga disebut sebagai salah satu hotel terbaik di Afrika.
Al Amoudi juga dikenal sebagai seorang filatropis. Dalam sebuah pertemuan pemimpin bisnis pada Desember tahun lalu, dia menekankan bahwa saat ini banyak tenaga kerja yang tidak terdidik dan terlatih di Etiopia. Oleh karena itu, Al Amoudi membantu universitas di sana untuk melatih lebih banyak tenaga kerja manajerial.
0 Komentar