Mereka akan ditempatkan di beberapa kamp pengungsian utara Suriah.
Pengusiran terjadi saat sebagian penduduk Um Batna masih menolak legitimasi Assad. Militer Assad mengancam akan mengirim tentara dalam jumlah besar untuk menguasai temoat tersebut jika 30 keluarga yang diduga masih menolak Assad tidak dikeluarkan.
Namun, pengusiran dengan mediasi Rusia ini tidak berkoordinasi dengan SIG yang merupakan 'pemerintahan' kamp pengungsi di Suriah Utara.
Pasukam perbatasan antara wilayah SIG dan Assad senpat menolak masuk rombongan tersebut hingga akhirnya diinjinkan oleh PM SIG Abdurrahman Mustafa.
Sebelumnya, satu kodam oposisi di Daraa juga memilih rekonsiliasi dengan Assad dengan memberi pilihan kepada warga yang ingin mengungsi ke utara Suriah.
Beberapa puluh bus disiapkan Assad untuk mengangkut warga yang tak ingin rekonsiliasi ke utara Suriah.
Presiden Bashar Al Assad sangat menikmati cara penyelesaian seperti ini karena praktis siapapun yang tinggal di wilayahnya harus loyal.
Sementara itu, bagi Assad pemerintahan SIG hanya bak badan pengungsian yang mengurusi kebutuhan hidup warganya yang menolak legitimasinya.
Namun hal sebaiknya justru terjadi. Assad malah menolak menerima warganya yang dideportasi dati Yordania dan Lebanon.
Bahkan mereka yang ingin kebali ke wilayah Assad dari dua negara tersebut dan negara lainnya harus membayar bea masuk yang cukup tinggi, 100 dolar AS perkepala.
Bagi Yordania, sikap Assad ini seperti menyandera pengungsi sehingga deportasi pengungsi Suriiah dari Yordania khususnya yang melanggar hukum akan dilakukan melalui kamp pengungsi Al Rukban yang tidak dikuasai oleh Assad.
Al Rukban dikuasai oleh sisa FSA faksi selatan yang belum menyerah dan didukung oleh AS yang berpangkalan di Al Tanf dekat Al Rukban.
0 Komentar