Hamas dijadikan Israel sebagai alasan keberlangsungan penjajahannya di Palestina
Hamas dilaporkan merupakan kelompok politik yang terinspirasi dari Gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir yang saat itu masih legal.
Pendukung Hamas bangga dengan fakta sejarah tersebut dan menolak pengakuan beberapa eks Mossad dan Militer Israel yang ikut membesarkan Hamas sebagai lawan tanding Fatah PLO pimpinan Yaser Arafat yang saat itu merupakan yang terkuat.
Terlepas dari siapa yang berjasa mendirikan Hamas baik IM maupun Mossad Israel memang masyarakat Palestina sudah lama hidup terzalimi sehingga mau atau tidak mau harus terikut dengan permainan pemain yang dominan.
Hamas juga menjadi pemenang Pemilu Palestina dan Ismail Haniyeh pernah menjadi Perdana Menteri Palestina dengan Mahmoud Abbas sebagai Presiden.
Namun koalisi Hamas dan Fatah tidak lama berlangsung karena keduanya terlibat pertempuran di Gaza usai PM dimakzulkan presiden.
Semua pentolan Fatah di Gaza 'dideportasi' ke Tepi Barat termasuk Mohammed Dahlan yang belakangan namanya populer kembali menjadi salah satu capres Palestina menantang Mahmoud Abbas.
Mohammed Dahlan yang pernah menjadi Menkopolhukam Palestina kini menjadi idaman media Israel dan AS sebagai pemimpin masa depan Palestina. Dahlan tak sungkan mengkritisi Hamas dan Fatah yang dianggapnya kongkalingkong memenangkan kembali capres tua Abbas agar Palestina terus menjadi negara pengemis.
Kepada media Rusia, Dahlan juga mengungkapkan dirinya terbuka untuk melebur Palestina menjadi bagian dari Israel.
Sebelum konflik Suriah, tepatnya sekitar tahun 2009, pemerintahan Hamas di Gaza menghadapi tantangan berat dengan proklamasi berdirinya Negara Islam Gaza atau Islamic Emirates oleh kelompok milisi Jund Ansarullah atau Jund Ansar Allah.
Emirnya Sheikh Abdel Latif Moussa merupakan seorang dokter lulusan Mesir. Media Israel mengelu-elukan kelompok ini karena berani melawan Hamas yang juga selalu dikampanyekan Israel sebagai teroris Gaza yang menjadi musuhnya.
Namun saat Jund Ansar Allah ini menyerang pasukan Israel, seluruh Israel mulai melakukan kampanye negatif kepada kelompok yang diduga terinspirasi Alqaeda itu. Saat itu ISIS belum lahir.
Saat Hamas akhirnya mendeklarasikan perang kepada Keemiran Gaza ini dan membubarkannya banyak media Israel yang salut dengan ketangguhan pasukan Hamas yang berjumlah 20 ribu pasukan tersebut. Walau begitu, Hamas tetap dianggap Israel sebagai musuh.
Belakangan, aparat keamanan Gaza yang dikendalikan Hamas berhasil membongkar kolusi kelompok Alqaeda tersebut dengan intelijen Fatah yang menyuplai persenjataan.
Walaupun Fatah sudah tak punya kekuatan di Gaza, namun agen-agennya masih cukup ampuh untuk menciptakan halangan kepada Hamas sampai akhirnya antara Hamas dan Fatah/PLO rekonsiliasi.
Kini bahkan Hamas mengkoalisikan milisinya dalam lima yang terkuat di Gaza yang terdiri dari :
1. Brigade Izzudin Al-Qassam (Hamas)
2. Brigade Saraya Quds (JIP)
3. Brigade Abu Ali Mustafa (FPLP)
4. Brigade As Syahidin Fil Quds (Fatah)
5. Brigade Nasir Salah Ad Din (CRP)
Usai konflik Suriah terjadi pada 2011 yang kemudian kelompok oposisi sempat menguasai sebagian besar Suriah khususnya pada era Muhammad Mursi masih Presiden di Mesir, lahirlah ISIS pecahan Alqaeda saat itu membuat kejutan.
ISIS dapat disebut sebagai gabungan dari kreasi CIA (mengkaryakan eks tahanan Camp Bucca), Mossad dan Bashar Al Assad (eks penghuni penjara Saydnaya) dan itu diakui langsung oleh Donald Trump, Hillary Clinton dan Edward Snowden.
PM Benjamin Netanyahu dan pimpinan Mossad bahkan terang-terangan menyebut bahwa tentaranya membatu elemen Alqaeda dan ISIS di Suriah dalam hal pengobatan dan medis dalam operasi klandestin dengan kode 'good neighbour'.
Bahkan agen-agen Mossad di Libya tertangkap menyaru sebagai ulama ISIS.
Dalam momen kembangkitan ISIS ini yang menguasai hampir sebagian besar wilayah yang sudah dikuasai oposisi seperti Deir Ezzour, Raqqa dll, Hamas kembali mendapat tantangan dari Ansar Baitul Maqdis cabang ISIS di Sinai Mesir.
Ansar Baitul Maqdis yang menjadi lebih kuat usai Moursi dikudeta Presiden Mesir sekarang Abdel Fattah Al Sisi kemudian pada tahun 2018 mendeklarasikan perang dengan Hamas.
Kekuatan ISIS menjadi lebih lemah saat baik CIA, Mossad dll sudah mulai cuci tangan. Turki, Irak, Libya dll perang lawan ISIS. Trump pun cari muka membunuh pimpinan ISIS Al Baghdadi walau uniknya penggantinya tetap informan CIA juga eks Camp Bucca AS yang merupakan tahanan eks pengikut Saddam di militer maupun Baath.
Hamas tak jadi dilumat kelompok ISIS Ansar Baitul Maqdis karena Al Sisi akhirnya membubarkan kelompok tersebut.
Dalam momen pembantaian warga Palestina oleh Israel akhir Ramadhan 2021, pembersihan etnis dan perampokan rumah warga Palestina di #SheikhJarrah serta penistaan Masjid Al Aqsa, nama Hamas kembali muncul ke publik dan media internasional. (Baca selengkapnya)
PM Benjamin Netanyahu diperkirakan sengaja melakukan pembantaian kepada warga Palestina karena sebelumnya gagal memancing perang Suriah dan Hezbollah Lebanon untuk memperkuat popularitasnya sebagai PM Israel kembali usai pemilu.
Walau Hamas mendeklarasikan kemanangan usai gencatan senjata, PM Netanyahu dengan tegas mengatakan dirinya telah sukses mencapai misinya.
0 Komentar