Dalam beberapa dekade terakhir, pemerintah Suriah baru telah menegaskan komitmennya untuk mengembalikan Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel sejak tahun 1967.
Menteri Luar Negeri Suriah era rejim Bashar Al Assad, Faisal Mikdad, telah menyatakan bahwa pengembalian Golan adalah prioritas utama pemerintah Suriah.
Dalam sebuah pertemuan dengan warga Suriah di Golan, Mikdad menegaskan bahwa pemerintah Suriah tidak akan menyerah dalam perjuangan untuk mengembalikan Golan.
Warga Suriah di Golan juga menyatakan kepercayaan mereka bahwa kemenangan akan tetap menjadi sekutu Suriah, tentara, dan rakyatnya, serta pemimpinnya.
Kini di bawah pemerintahan Ahmad Al Sharaa presiden baru Suriah, agenda itu tetap dilanjutkan meski Israel telah merengsek masuk ke beberapa wilayah di Quneitra dengan maksud untuk memancing kemarahan warga Suriah.
Respons warga Suriah akan dijadikan preteks oleh Israel untuk mewujudkan ide kolonialisme baru Israel Raya atau Greater Israel di mana, Tel Aviv akan bisa dengan sesuka hati meneror negara-negara Arab dengan pemboman dan serangan udara dengan dukungan moril dari Amerika Serikat khususnya administrasi Donald Trump.
Antaran Dataran Tinggo Golan dan Taiwan
Sementara itu, di tempat lain, Tiongkok juga memiliki tujuan serupa untuk mengembalikan Taiwan, yang telah dipisahkan dari Tiongkok sejak tahun 1949.
Namun, ada beberapa perbedaan antara kasus Golan dan Taiwan.
Pertama, Golan adalah wilayah yang diduduki Israel secara ilegal, sedangkan Taiwan adalah negara yang memiliki pemerintahan sendiri.
Kedua, konflik di Golan lebih terkait dengan konflik Israel-Palestina meski Golan adalah wilayah Suriah, sedangkan konflik di Taiwan lebih terkait dengan hubungan Tiongkok-Amerika Serikat.
Meskipun ada perbedaan, ada juga beberapa kemiripan antara kasus Golan dan Taiwan.
Pertama, keduanya melibatkan konflik wilayah yang telah berlangsung lama.
Kedua, keduanya melibatkan negara-negara besar yang memiliki kepentingan strategis di wilayah tersebut.
Dalam upaya mengembalikan Golan dan Taiwan, pemerintah Suriah dan Tiongkok harus berhati-hati dalam mengambil langkah-langkah diplomatik dan militer.
Mereka harus mempertimbangkan konsekuensi dari tindakan mereka dan memastikan bahwa mereka memiliki dukungan dari negara-negara lain. Jika tidak Israel dengan dukungan AS dan beberapa negara-negara pembela zionisme akan memiliki alasan untuk memperluas perbatasannya ke Suriah.
Dalam jangka panjang, pengembalian Golan dan Taiwan dapat membantu meningkatkan stabilitas dan keamanan di wilayah tersebut.
Namun, prosesnya tidak akan mudah dan memerlukan waktu, kesabaran, dan kerja sama internasional.
Pemerintah Suriah dan Tiongkok harus terus berusaha untuk mengembalikan wilayah mereka yang telah diduduki secara ilegal.
Mereka harus mempertahankan hak-hak mereka dan memastikan bahwa keadilan dan hukum internasional ditegakkan.
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Suriah telah membuat kemajuan signifikan dalam perjuangan untuk mengembalikan Golan. Meski sebagian warga Golan telah mengalah dan memilih menjadi warga Israel, sebagian besar penduduk Arab Golan masih setia menjadi warganegara Suriah.
Dibuat oleh AI
0 Komentar