Awal pendirian politiknya dari daerah Khraibeh di Doan, kemudian meluas hingga mencakup seluruh Lembah Doan dan sebagian besar wilayah Wadi Ammad dan Al-Dhalea dan ibu kotanya adalah Buddha.
Saat ini merupakan bagian dari Provinsi Hadhramaut di Republik Yaman.
Fase Pendirian
Tahap pertama adalah pemerintahan agama yang bersifat tradisional, dan itu selama periode Syekh Saeed bin Issa Al-Amoudi dan penggantinya dari keturunannya dari tahun 653 H/1255 sampai 937 H/1531.
Tahap kedua adalah menguatnya peran syeikh yang memungkinkan mereka untuk mendirikan negara atau Sheikhdom Al-Amoudi, mirip dengan syekh dan sultan yang ada di wilayah Uni Emirat Arabia Selatan dan Konfederasi Hadramaut yang berdiri berikutnya.
Berdiri sejak awal pemerintahan Syekh Othman bin Ahmed Al-Akher Al-Amoudi pada tahun 937 H / 1531 hingga 1317 H / 1899, saat Negara Al Amoudi akhirnya dikuasai oleh Kesultanan Qu'aiti atas bantuan Inggris.
Politik Regional dan Hubungan Internasional
Sebagaimana pemerintahan di Arab lainnya, politik dalam negeri Negara Al Amoudi dipenuhi kondisi naik dan turun.
Namun pada akhir abad kedua belas Hijriah, perselisihan di kalangan elite Al Moudi memuncak sehingga menyebabkan beberapa dari mereka meminta bantuan dari Al-Kassadi, Amir Mukalla, mencari kemenangan atas saingannya dari sepupunya.
Pada tahun 1286 H / 1869 M, Al-Kassadi mengirim tentara di bawah kepemimpinan Jenderal Majham bin Ali Al-Kassadi, dan merebut sebagian besar lembah kanan Douan.
Namun pemerintahan Al-Amoudi melakukan konsolidasi dan mulai melakukan perlawanan atas pendudukan Kesultanan Mukalla itu yang menyebabkan evakuasi pasukan Al Kassadi dari Douan.
Saat itu, Negara Al Katiri yang dominan memberikan dukungan pasukan ke pemerintahan Al Amoudi meski keduanya pernah terlibat konflik, begitu juga Kesultanan Al Quaiti.
Namun dalam konflik internal berikutnya, salah satu pihak meminta bantuan militer dari Al Quaiti.
Untuk mengakhiri konflik di negara Al Amoudi, pemerintah Al-Quaiti mengundang Syekh Abd al-Rahman bin Ali bin Abd al-Karim al-Amoudi, salah satu tokoh oposisi dan pemimpin keluarga Muthahhar, ke ibukota Kesultanan Al Quaiti di Mukalla.
Dalam pertemuan tersebut kedua belah pihak sepakat otoritas al-Quaiti akan menjadi yang pertama bertanggung jawab dalam wilayah Al Amoudi untuk keamanan, dan memutuskan untuknya gaji bulanan, asalkan kedaulatan al-Amoudi berada dalam pengaruh Al Quaiti. Ini adalah awal dari intervensi Al-Quaiti dan awal dari akhir kekuasaan Al-Amoudi.
Syekh Abdul Rahman terus melakukan agitasi ke pemerintah Al Almoudi Hingga akhirnya Al Quaiti melakukan terjebak perang dengan Al Amoudi.
Perang kedua negara jiran berakhir dengan kekalahan Al-Amoudi pada tahun 1317 H / 1899, dan Al-Quaiti menduduki Khuraibeh dan desa-desa yang berada di bawah pengaruh Ibn Abdul Karim Al-Amoudi.
Al Quaiti menyerahkan kekuasaan Wadi Douan, kanan dan kiri, kepada Letnan Kolonel Omar bin Ahmed Basrah Al-Khami Al-Sibani, yang memberikan bantuan efektif kepada tentara Al-Quaiti dalam perangnya melawan Al-Amoudi.
Warga Al Amoudi banyak yang yang hijrah dan sukses menjadi pengusaha. Salah satunya Mohammed Al Amoudi yang lahir di Ethiopia dan membangun kerajaan bisnisnya di Arab Saudi.
Dia juga menjadi tuan tanah di Ethiopia dan aktif dalam kegiatan filantropi.
0 Komentar