Kisah Kesultanan Quaiti di Hadramaut Yaman yang Lebih Makmur dari Emirat Muhammara di Iran

Pada abad ke 19-20, dunia tidak mengenal negara makmur Uni Emirat Arab, Abu Dhabi, Dubai, Qatar, Bahrain dan Kuwait.

Saat itu yang terkenal adalah beberapa kesultanan di Yaman seperti Quaiti dan sebuah Keemiran atau Emirat di Iran sekarang bernama Emirat Muhammara.

Emirat Muhammara saat ini berada di Khorramshahr di Provinsi Khuzestan, Iran. Kini dikenal juga dengan istilah daerah Arabistan. Baca selanjutnya

Dulunya sebuah negara merdeka dan semakin makmur dengan ditemukannya minyak pada awal 1900-an.

Namun segera negara ini menjadi makmur menjadi rebutan Inggris, Ottoman Turki dan Iran. Negara Iran saat langsung mencaplok Muhammara dan belakangan menjadi sumber SDA migas terbesar di Iran. Wilayahnya berseberangan dengan Kuwait dan Irak. Tak heran Irak di era Saddam Hussein pernah ingin mencaploknya kembali.

Walau begitu, di Yaman terdapat kesultanan yang cukup makmur tanpa SDA yang Kesultanan Quaiti di Hadramaut kini bagian dari Yaman.

Saat itu, Hadramaut adalah konfederasi beberapa kesultanan dan keemiran yang menjadi protektorat Inggris.

Meski pada tahun 80-an ditemukan cadangan migas yang besar, namun saat itu ekonomi Quaiti bersandar pada perdagangan. Mirip dengan Dubai sekarang yang pendapat keemirannya lebih ke perdagangan dan keuangan walau masih memiliki SDA migas.

Di era konflik Yaman sekarang, banyak pihak di Hadramaut merindukan kembali lahirnya beberapa negara di Hadramaut baik sebagai negara berdaulat maupun sebagai negara bagian.

Sebenarnya di timur Hadramaut telah terdapat 'negara' de facto bernama Al Mahra yang dulunya merupakan sebuah kesultanan juga.

Al Mahra kini menjadi sebuah kegubernuran sendiri atau setara provinsi sehingga keiinginan masyarakat sudah terkabul.

Meski Hadramaut pada era protektorat terdiri dari beberapa negara, secara umum hanya tiga 'negara bagian' yang bisa didirikan kembali di Hadramaut yaitu Kesultanan Quaiti, Negara Al Kathiri dan Kesultanan Tarim.


Bagi warga eks Quaiti, tuntutan untuk mempunyai negara sendiri tidak besar karena bekas ibukota negara Quaiti kinienjadi ibukota kegubernuran Hadramaut yakni Al Mukalla.

Namun di lembah dan pedalman Hadramaut, keinginan untuk menghidupkan kembali Negara Al Katiri dan Kesultanan Tarim cukup besar.

Pemerintah Yaman harus memperhatikaj aspirasi publik ini, mengingat hal itu tidak bertentangan dan malah justru sesuai dengan konsep sistem federalisme yang sudah digagas pemerintah pusat pada 2014.

Saat itu, Yaman akan menjadi enam wilayah dengan Hadramaut salah satunya. Di dalam wilayah tersebut akan terbagi lagi menjadi negara bagian.

Namun konsep ini belum dapat diimplementasikan karena kelompok Houthi keburu melakukan kudeta dan pemberontakan.

Kelompok separatis STC Aden di Yaman Selatan yang merupakan koalisi pemerintah juga menyebarkan agendanya ke Hadramaut dna menawarkan otonomi luas ke bekas wilayah Al Katiri. 

Walau begitu, warga Al Katiri tidak mau lagi berada di bawah entitas tertentu namun sebuah otonomi khusus di mana kedaulatan berada di tangan warganya.

Secara praktis, jikan negara Al Katiri, Quaiti maupun Kesultanan Tarim berdiri sendiri secara otonom justru akan menguntungkan pemerintah sekarang yang sedang fokus menghadapi kelompok Houthi. 

Beban keuangan negara akan mandiri sehingga pemerintah maupun STC tidak merasa harus pusing menghadapi urusan internalnya selama masih berada di bawah negara Yaman.

Posting Komentar

0 Komentar