Saat semua orang ingin memerangi kelompok Houthi, justru semua pihak berlomba menjalin hubungan secara diam-diam dengan kelompok Houthi.
Pada saat kelompok Houthi hanya sebuah gerakan kecil di Sa'dah, mereka dijadikan pemerintah saat itu Presiden Abdullah Saleh sebagai mainan politik.
Meski negara mengirim tentara untuk menumpas gerakan tersebut, namun tidak pernah dilakukan dengan serius.
Presiden Saleh disebut dalam berbagai laporan sengaja mengirim tentara kelas dua yang biasanya berasal dari selatan hasil leburan tentara Yaman Utara dan Selatan.
Mereka ini jarang diberikan pangkatnya dan tidak diberikan jabatan strategis. Lebih parahnya lagi, persenjataan eks Yaman Selatan yang lebih canggih impor dari Uni Soviet diambil negara dan diberika ke unit elit Garda Republik yang dikuasai keluarga Saleh.
Beberapa pejabat militer Yaman bahkan menuduh Saleh sengaja mengirim tentara kelas dua dari asal Yaman Selatan untuk dibunuh Houthi yang lebih terlatih.
Apalagi Saleh sebenarnya mempunyai jalur komunikasi rahasi dengan kelompok Houthi sejak lama.
Ke Media, Saleh pernah mengatakan bahwa memerintah Yaman sama dengan menari di kepala ular-ular.
Namun akhirnya justru Houthilah yang mengeksekusi Saleh ke akhir hayatnya.
Pihak kedua yang memanfaatkan Houthi adalah partai reformasi atau Al Islah.
Saat Musim Semi Arab terjadi, massa Partai Al Islah turun ke jalan-jalan meminta Saleh untuk serius menjalankan roda pemerintah. Termasuk menurunkan harga BBM dan lains sebagainya.
Namun aksi demo mereka kurang gereget sampai kelompok Houthi ikut turun ke jalan demo bersama Al Islah.
Aksi demo itu berhasi membuat Saleh mengundurkan diri dan membuat Wapres Mansour Hadi naik jabatan ke Presiden.
Houthi akhirnya ikut memerintah bersama Hadi.
Namun di tengah jalan, kelompok Houthi yang kemudian beraliansi dengan partainya Saleh mempunyai agenda sendiri.
Berbagai tekanan kepada Hadi membuatnya mengundurkan diri dan melarikan diri ke Aden. Di sana dia meralat pernyataanya dan menyatakan masih presiden Yaman sebelum akhirnya pergi ke Riyadh.
Kelompok Al Islah yang sebelumnya memanfaatkan Houthi untuk menjatuhkan Saleh akhirnya tetap mendukung Hadi dan kader Al Islah menjadi cikal bakal tentara Yaman baru bentukan Hadi.
Di Sanaa, kelompok Houthi akhirnya berkuasa dan kali ini didukung Saleh sebelum dieksekusi Houthi.
Jika disebut Iran kemudian memanfaatkan Houthi sebagai proksinya sudah merupakan pengetahuan umum. Semua orang sudah tahu itu.
Namun uniknya Arab Saudi dan Uni Emirat Arab juga pada akhirnya menjalin hubungan rahasia dengan Houthi.
Usai rudal-rudal Houthi menyerang UAE, pasukan Emirat memberi kode ke Houthi untuk menghentikan serangan dengan menarik pasukan dari Al Hudaydah.
Akhirnya Houthi menguasai penuh Al Hudaydah dan mempunyai akses ke laut
Begitu juga Arab saudi dan koalisi akhirnya secara terang-terangan berhubungan dengan Houthi bahkan memberi ruang perwakilan Houthi menjadi anggota dewan kepresiden Yaman atau PLC.
Kelompok STC Yaman Selatan yang pada akhirnya mempunyai jarak dengan pemerintah Yaman juga seperti itu. Sebagai kelompok bekingan UAE, mereka justru patuh pada kebijakan Abu Dhabi.
Gerakan STC bahkan sangat menguntungkan Houthi usai pasukan pemerintah diusir STC dari Aden.
STC juga menuduh Al Islah yang mendominasi pemerintahan sengaja memberikan wilayah Al Jauf dan Baydha ke tangan Houthi dengan penarikan pasukan pemerintah dari wilayah tersebut.
Walau kasus semua mendukung Houthi juga berlaku ke kelompok lainnya, lalu mengapa ada perang jika masing-masing kelompok yang saling bermusuhan ternyata saling menjalin hubungan di belakang layar?
0 Komentar