Hal itu terlihat saat sebelum pengumuman 'reshuffle' atau pembentukan kabinet interim Afghanistan pada 7 September lalu.
Lalu hoaks pertama Mulla Baradar tewas secara otomatis terbantahkah usai Utusan Khusus Sekjen PBB datang bertemu dengan Baradar dan stafnya. Saat itu Mulla Baradar masih disebut oleh berbagai media sebagai Presiden de Facto Afghanistan.
Media sosial dibombardir lagi oleh media-media mainstream dari India dengan isu tewas kedua saat Mulla Baradar tak kelihatan ketika pengumuman kabinet interim walau disebut sebagai Wakil PM.
Isu tewas ketiga semakin kencang saat Mulla Baradar tak kelihatan ketika PM Mulla Hassan Akhund menjamu delegasi Qatar. Saat ini bahkan pengamat Afghanistan yang sering kelihatan di TV mainstream ikut mencuitkan isu tersebut di Twitter.
Saat Mulla Baradar diberitakan sedang dalam kunjungan kerja ke Kandahar, isu itu kembali semakin kencang karena banyak pihak menganggap orang yang sudah (diisukan) tewas berkali-kali tak mungkin hidup kembali untuk melakukan kunjungan kerja.
Bahkan ada mantan dubes di luar negeri yang bersumpah Mulla Baradar sudah benar-benar tewas kecuali ada video yang mengklarifikasi.
Baru kemarin media Afghanistan memposting video bantahan dan isu itu menjadi reda.
Lalu mengapa isu recehan ini diulang-ulang oleh media, padahal beberapa bukti sudah membantah sebelumnya?
Menurut para mengamat, tujuan Firehose of Falsehood ini adalah untuk mengganggu moral anggota Taliban, khususnya yang masih polos dan baru mempunyai akun media sosial setelah sebelumnya hidup bergerilya selama 20 tahun.
Keterkejutan budaya akan mengganggu stabilitas moral mereka di lapangan khususnya saat operasi penumpasan pemberontak di Panjshir belum sepenuhnya tuntas.
India yang diyakini sebagai sumber atau asal muasal pertama hoaks itu memang dikenal sebagai pusat IT tapi juga sebagai pusat pabrik hoaks di dunia.
0 Komentar