Pemerintahan Taliban Tunjuk Haji Mohammad Idris Gubernur Bank Sentral Afghanistan

Pemerintahan Taliban terus melakukan upaya mengisi kursi birokrasi yang ditinggal oleh pejabat sebelumnya.

Sudah dalam seminggu pemerintahan Taliban berkuasa. Namun sejumlah PR masih menumpuk terutama penggajian birokrasi, pengaktivan kembali ATM dan perbankan.

Ketua Komisi Ekonomi Taliban Haji Mohammad Idris dipercaya memimpin Bank Sentral Afghanistan, Da Afghanistan Bank.

Walau sebagai pejabat sementara, tugas yang diemban Mohammad Idris tidak ringan karena harus mempertahankan mata uang Afghani dari gejolak konflik di masa transisi.

Pejabat gubernur bank sentral sebelumnya yang sudah mencari suaka di LN membantah kabar bahwa harta kekayaan Bank Sentral dilarikan oleh Ashraf Ghani.

Menurutnya, semua cadangan aset berada di luar negeri dan paling banyak di beberapa akun di AS dan semuanya dapat diaudit.

Dia menegaskan tak mengerti dengan isu yang beredar bahwa Ghani membawa lari uang cash senilai 169 juta dollar AS dari istana negara ke Dubai.

Dia menduga uang tersebut bukan milik negara dan kemungkinan bersumber pada pemasukan tidak resmi melalui 'kroni' sang presiden di istana negara.

Sebelumnya, pasukan Taliban menemukan uang cash sebanyak 1 juta dollar AS di istana negara.

Kedutaan Rusia di Afghanistan dan Kedutaan Afghanistan di Tajikistan menjelaskan bahwa Ghani berusaha melarikan uang cash dalam bentuk dolar senilai 169 juta dolar AS dan sebagian tertinggal di bandara karena tidak bisa diangkut semuanya. Bandara kini tetap dalam penguasaan AS dkk.

Ashraf Ghani melalui akun Facebook menyangkal tuduhan tersebut. Walau begitu dia tidak menjelaskan jika ajudan atau bawahannya melakukannya.

Ghani merupakan mantan pejabat di Bank Dunia yang biasanya hanya bisa diisi oleh orang-orang kepercayaan CIA. Dia lulusan American University di Lebanon dan istrinya merupakan Kristen Lebanon yang semasa menjadi ibunegara di Republik Islam Afghanistan aktif mengembangkan jaringan NGO bekerja sama dengan The Bush Center.

AS juga melaporkan tidak akan mengijinkan pemerintahan Afghanistan di bawah Taliban untuk mengakses dana rakyat dan bank sentral Afghanistan yang tersimpan di AS meski keduanya resmi sudah berdamai di era Trump.

Sikap curang AS ini tidak saja berlaku ke Afghanistan, tapi juga menimpa Libya dan Lebanon yang sekarang ekonominya terpuruk walau kedua negara sudah menjadi proksi AS di kawasan. Dana Libya dan Lebanon yang tersimpan di AS dibekukan.

Untuk mengatasi hal itu, pemerintahan Taliban sudah mengambil sejumlah langkah preventif untuk antisipasi negaranya menjadi target embargo bekas negara-negara yang menjajahnya.

Salah satunya adalah dengan melarang ekspor besi tua ke luar negeri untuk memenuhi pasar lokal.

Meningkatkan arus ekspor dan impor melalui negara arternatif seperti Uzbekistan, Tajikistan dan Turkmenistan selain mitra dagang tradisional seperti Pakistan dan Iran.

Taliban juga menjalin komunikasi intensif dengan perusahaan Tiongkok dan Rusia untuk menggarap beberapa lahan tambang yang sudah diincar sebelumnya.

Pemerintah juga tetap memberi jaminan keamanan untuk investasi dari India walau New Delhi dilaporkan sudah bekerja di balik layar mendukung milisi anti Taliban yang dipimpin Amrullah Saleh yang juga anti Pakistan.

Posting Komentar

0 Komentar