Hal itu bisa dilihat dari hubungan ekonomi semua pihak baik oleh rejim Bashar Al Assad, SG, SIG maupun SDC.
Ketika SNA yang menjadi militer SIG berhadapan dengan SDF militernya SDC Di Ain Issa, rejim Bashar Al Assad ikut membantu dengan menambah pasukan untuk memperkuat posisi SDF.
Padahal SDF dan militer rejim baru saja saling konflik dan embargo di Qamishli dan Hasakah.
Uniknya, masing-masing pihak memgaku cinta negara Suriah tapi saling memberi permintaan satu sama lainnya yang sangat tidak mungkin dikabulkan.
Misalnya, rejim Bashar Al Assad meminta SDC/SDF melepaskan kuasanya dari Raqqa dan Deir Ezzour dan semua wilayah Arab. Sebagai balasannya SDF diperkenankan masuk bergabung dengan militer dan berdamai.
SDC/SDF tentu tak setuju karena Raqqa dan Deir Ezzour itu menyimpan 70 persen cadangan migas Suriah.
Mereka juga membuat permintaan ke rejim; akui SDC/SDF sebagai lembaga yang sah serta AANES sebagai entitas otonomi di Timur Suriah. Sebagai balasannya, SDC/SDF akan menjadi koalisi pemerintah artinya akan berdamai dan bersahabat dengan rejim dan siap ekspor minyak ke Assad.
Tentu Assad tidak setuju karena Raqqa dan Deir Ezzour yang kini di bawah administrasi AANES sebenarnya bukan wilayah Kurdi atau YPG kekuatan utama SDF. Daerah itu hanya mereka kuasai dari ISIS.
Sementara itu SIG dan SG juga hanya ingin berdamai dengan rejim jika Bashar Al Assad lengser. Artinya jikapun Baath tetap berkuasa di Damaskus, tidak menjadi masalah asal Assad lengser.
Di lain pihak rejim juga tak mengakui SIG dan SG sehingga mereka tidak berhak ada menurut Damaskus. Assad pun menutup peluang untuk lengser. Baik SG maupun SIG diminta meniru eks-FSA di Daraa yang akhirnya membubarkan diri, rekonsiliasi dan bergabung dengan militer.
Tentu SG dan SIG tidak bersedia karena itu sama saja membunuh diri sendiri. Apalagi eks FSA yang bergabung dengan pemerintah satu per satu tewas oleh pembunuhan misterius.
0 Komentar