Frenemy itu terlihat saat satu aktor memusuhi yang lain namun di sisi lain menjadi sahabat dalam melawan musuh bersama.
Berikut beberapa gambarannya:
Rejim: Secara umum menganggap semua yang tidak mengakuiinya sebagai musuh namun perlakuan kepada musuh berbeda-beda.
Kepada SDC/SDF rejim bersifat lunak dan hanya terjadi adu mulut antara pasukan rejim dan SDF. Belakangan keduanya melakukan perang ekonomi dan akhirnya ditengahi Rusia dengan syarat SDF akan jual minyak ke rejim.
Kepada SG, rejim membuka perbatasan untuk keluar masuk komoditas namun rejim berusaha melakukan pemboman secada periodik di Idlib dan kota-kota sekitarnya.
Rejim secara tidak langsung mendapat pasokan impor melalui wilaha SG.
Kepada SIG, rejim tidak melakukan hubungan apa-apa bahkan bersama Rusia sesekali melakukan serangan khususnya pangkalan minyak yang didapat SG dari wilayah SDC.
Namun antara rejim dan SIG yang merupakan pemerintahan oposisi, terjaid hubungan khususnya dalam tim konstitusi yang ditengahi PBB.
SDC secara umum tidak mempunyai hubungan dengan SIG, namun keduanya melakukan transaksi minyak dan air.
SDC melalui SDF mempunyai kelompok khusus untuk menyerang SNA di Afrin bernama Afrin Liberation Army.
SDC juga mempunyai cabang di wilayah SG namun pergerakannya kurang terlihat.
Sementara itu SG dan SIG walau tidak saling mengakui membuka perbatasan antar mereka.
Di Idlib, SIG juga mempunyai wilayah tapi dikelilingi atau berbentuk kantong-kantong.
SG mempunyai musuh internal yakni ISIS dan Hurras Al Din yang merupakan kelompok Alqaeda. HTS yang menjadi pengendali SG dulunya juga Alqaeda tapi sudah keluar. SG belakangan diakui AS sebagai asset, seperti yang ditegaskan James Jeffrey.
Rusia juga walau seperti berteman dengan Turki, namun saat Ankara melawan ISIS di Suriah, ternyata pesawat Rusia membom posisi Turki.
Walau dalihnya adalah agar Turki tidak ikut campur, namun 'dukungan tersembunyi' Rusia kepada ISIS sebagaimana kepada SDF juga sangat kelihatan.
0 Komentar