Hal itu juga terlihat dari 'kebijakan' negara yang memiliki komunitas Druze yang besar yang secara terang-terangan menjadikan Druze sebagai agama yang terpisah dari Islam meski sejarahnya bermula sebagai pecahan Syiah Ismailiyah di Mesir.
Israel dengan tegas memperlakukan Druze agama terpisah dengan Islam. Armenia juga bahkan hanya mengakui Yazidiyah sebagai agama minoritas dan tidak mengakui Islam sebagai warganya.
Lalu mengapa para ulama dan petinggi Druze dan Yazidiyah di Suriah, Lebanon, Irak dan lain sebagainya tetap mengaku Islam?
Hal itu dapat dengan mudah difahami bahwa jika warga Druze disebut bukan Islam itu artinya secara praktik keagamaan dan ideologi politik berbeda dengan Sunni dan Syiah.
Itu yang membuat mereka dapat diterima di berbagai negara seperti Australia, Eropa dan Amerika karena negara-negara ini memang mempuyai kebijakan mempersekusi Islam yang jelas maksudnya adalah Islam Sunni dan Syiah.
Sementara itu para ulama Druze dan Yazidyah akan tetap menjelaskan bahwa mereka tetap menjadi muslim yang taat karena tetap membaca Alquran, bersyahadah dan lain sebagainya.
Berbeda bentuknya dengan Bahai yang lahir sebagai simbol perlawanan kepada pemerintahan Iran yang menghukum mati Al Bab seorang keturunan Nabi Muhammad SAW.
Mereka sudah mempunyai kebiasaan dan ajaran yang 70 persen berbeda dengan Islam pada umumnya.
Namun patut juga diingat bahwa dalam ajaran Islam baik itu Sunni dan Syiah semua nabi yang mengajarkan ajaran kitab suci terdahulu seperti Taurat, Injil dan Zabur juga merupakan muslim atau orang Islam walau pengikut agama yang percaya kepada kitab-kitab suci itu belakangan tidak mengakui Islam.
0 Komentar