Dari 'Khilafah Abal-abal' ke Tukang Pukul Bayaran, ISIS Musuh Bersama yang Dimanfaatkan Semua Pihak di Suriah

Sebagaimana Alqaeda, kini struktur Khilafah ISIS diperkirakan sudah semakin tidak jelas. Sebagian besar pimpinannya, yang sebelumnya eks penghuni Kamp Bucca di Irak kini sudah ditangkap atau paling tidak menjadi kolaborator pihak yang menangkapnya.

Sebagai tahanan yang diasuh oleh AS, eks tahanan Kamp Bucca menjadi pimpinan ISIS ketika jaya yang sebagian besar eks partai Baath dan militer Saddam.

Tentu AS sangat mengetahui psikologi dan identitas mereka sehingga dengan mudah dapat diberangus saat sudah tidak berguna lagi. Maka tak heran Donald Trump memperkuat pengakuan Hillary Clinton yang menegaskan bahwa baik Alqaida dan turunannya seperti ISIS adalah buatan AS. Sebelumnya eks karyawan NSA Edward Snowden juga mengatakan hal yang sama. 

Kini AS dilaporkan kembali 'mengkaryakan' eks ISIS tersebut untuk tetap menjadi ISIS tapi dengan menjalankan agenda pasukan AS di sekitar. Berbagai laporan menyebut mereka dikoordinasikan melalui Pangkalan Militer Al Tanf untuk menyerang target rejim dan pergerakan pasukan Rusia.

Menggunakan 'ISIS' tangkapan ini untuk menjalankan agenda AS sebagai penangkap lebih mudah daripada menggunkan pasukan AS sendiri atau SDF Kurdi.

Di pihak lain, rejim juga diduga melakukan hal yang sama. Eks ISIS yang ditahan 'dikaryakan' untuk menarget musuh rejim termasuk SDF yang menjadi koalisi AS, kelompok Druze di Suwayda yang tidak loyal dengan rejim. (Lihat di sini)

Bahkan sebelumnya digunakan juga untuk melawan HTS atau pemerintahan penyelamat Suriah (SG) dan SIG. Semuanya atas sepengetahuan Rusia.

Sementara itu, anggota ISIS yang ditangkap oleh milisi-milisi yang biasanya dimiliki oleh miliarder pro Assad juga menjadikan eks ISIS tangkapannya sebagai 'tukang pukul'. (Baca selanjutnya)

Keberadaan ISIS dapat disebut menjadi musuh bersama semua pihak di Suriah namuan hampir semuanya memanfaatkan eks ISIS tersebut untuk kepentingan masing-masing.

Jadi ketika SDF mengumumkan telah menembak mati atau menangkap pejuang ISIS, besar kemungkinan mereka gang ditangkap itu adalah eks ISIS yang sedang menjalankan perintah dari rejim. Begitu juga sebaliknya, jika rejim mengumumkan menangkap atau membunuh sekian banyak ISIS, besar kemungkinan adalah suruhan AS, SDF dkk.

Uniknya, Abu Bakar Al Baghdadi diakui oleh Donald Trump telah tewas di wilayah HTS yang notabene merupakan musuh ISIS.

Oleh karena itu sangat tidak mungkin salah satu pihak mengklaim telah 'memusnahkan' ISIS yang disebut 'bersembunyi' di gurun Suriah. Karena jikapun rejim membabat habis warga si gurun tersebut, eks ISIS kembali akan beraksi karena mereka berada di pangkalan-pangkalan AS dan SDF.

Jikapun AS membombardir sebuah kampung yang diduga ISIS bahkan 65 ribu lebih tahanan ISIS sedang ditahan di Kamp Al Khol, namun ISIS piaraan rejim Bashar Al Assad/Rusia masih ada di pangkalan rejim menunggu perintah berikutnya.

Media SDF juga sering melaporkan bahwa terdapat beberapa eks ISIS yang menjadi anggota milisi pro Turki.

Di Asia, 'memelihara' ISIS dan menggunakan untuk mewujudkan agendanya dilaporkan (baca di sini) juga dilakukan Tiongkok di Filipina. Khususnya menggunakan jaringan Abu Sayyaf yang sudah menjadi pengikut ISIS.





Posting Komentar

0 Komentar