Sebelumnya, ada penilaian bahwa UAE dan belakangan Arab Saudi, Bahrain dll sengaja menjalin hubungan lebih erat ke Israel karena tidak ingin ekonomi mereka 'disabotase' oleh kekuatan-kekuatan misterius anti-Islam.
Khusus Bahrain misalnya, dapat difahami bahwa penduduknya kebanyakan Syiah dan bisa dikendalikan oleh Iran sehingga menjalin hubungan dengan Israel menjadi lebih menguntungkan dari pada tidak melakukan hubungan demi membela hak-hak bangsa Palestina yang tertindas.
Walau begitu, sebenarnya hubungan negara-negara Teluk dan Israel sudah terjalin lama melalui pihak ketiga, mengingat pejabat dan warga Israel kebanyakan memiliki dua kewarganegaraan dan biasanya dengan Eropa atau AS.
Hubungan bisnis dapat dilakukan karena orang Israel tersebut dapat dilihat dalam posisinya sebagai WN Eropa atau AS.
Namun, jika dicermati lebih dalam khususnya perkembangan terakhir, terlihat bahwa ada faktor baru yang membuat negara-negara Teluk.
Faktor baru itu adalah naiknya posisi tawar warga Kurdi di Suriah baik dalam bentuk partai PYD dengan sayap militernya YPG maupun dalam bentuk militer SDF.
AS sendiri yang awalnya kemungkinan hanya ingin memanfaatkan YPG untuk mengimbangi ISIS, ternyata belakangan mampu bersatu dengan suku-suku Arab membentuk SDF dan menjadi kekuatan dahsyat di Suriah.
YPG sebagaimana induknya PKK yang masuk dalam daftar teroris di Turki juga menjalin hubungan 'khusus' dengan Israel.
Namun yang membuat negara-negara Teluk mukai kuatir adalah bahwa kabilah-kabilah yang menjadi bawahan SDF berasal dari kabilah yang mempunyai riwayat konflik dengan keluarga yang berkuasa di Teluk.
Sebut misalnya Kabilah Shammar yang pernah bermusuhan dengan keluarga Saudi, bahkan pernah menguasai Riyadh ketika keduanya masih dalam wilayah Utsmaniyah.
Dan masih banyak lagi yang anggota kabilahnya berada di lintas batas seperti Baggara dan lain sebagainya.
Jika Israel meminta SDF untuk menggerakkan para kabilah-kabilah ini berkonfrontasi dengan negara-negara Teluk, maka sudah pasti ekonomi Tekuk akan tersabotase.
Selain Kurdi, tentu masalah lama sudah ada dengan Iran dan Turki baik dari segi sejaran maupun politik kontemporer.
0 Komentar