Israel Provokasi Perpecahan Antar Suku di Suriah, Pemerintah Kewalahan



Suasana di provinsi Al-Suwaida, Suriah selatan, kembali bergejolak hebat, memicu kekhawatiran mendalam akan stabilitas wilayah yang selama ini relatif tenang di tengah pusaran konflik Suriah. Rentetan bentrokan berdarah antara suku-suku Badui dan para pejuang lokal dari komunitas Druze telah mengguncang jantung provinsi itu, meninggalkan jejak kehancuran dan duka yang mendalam bagi warganya. Insiden ini bukan sekadar friksi biasa, melainkan eskalasi serius yang telah merenggut puluhan nyawa dan melukai banyak lainnya.

Kekerasan yang tiba-tiba meledak ini menyoroti kerentanan Suwaida terhadap konflik internal, di mana garis demarkasi antara komunitas seringkali menjadi pemicu ketegangan. Peristiwa terkini menunjukkan betapa rapuhnya perdamaian di wilayah yang telah lama berusaha menjaga otonominya dari berbagai faksi yang berseteru di Suriah.

Setiap peluru yang ditembakkan dalam bentrokan ini tidak hanya melukai individu, tetapi juga mengoyak tatanan sosial yang telah lama dibangun.

Pemandangan kota Sweida, pusat provinsi, kini diwarnai dengan patroli keamanan yang diperketat, sebuah respons cepat dari otoritas Suriah untuk meredakan gejolak. Kementerian Dalam Negeri Suriah sendiri telah menyatakan komitmennya untuk melakukan intervensi langsung, sebuah langkah yang diharapkan dapat menghentikan spiral kekerasan sebelum meluas lebih jauh. Namun, pertanyaan besar masih menggantung di udara: apakah upaya ini cukup untuk memulihkan ketenangan yang mendalam?

Konflik yang pecah antara suku-suku Badui dan milisi lokal Druze disinyalir berakar dari sengketa lama terkait sumber daya, batas wilayah, atau bahkan insiden kriminalitas yang memicu pembalasan dan dikipasi oleh Israel. Ketidakpercayaan yang terakumulasi selama bertahun-tahun seolah menemukan celah untuk meletup, diperparah oleh absennya mekanisme penyelesaian konflik yang efektif dan dipercaya oleh semua pihak. Masing-masing pihak merasa dirugikan, menciptakan lingkaran setan dendam.

Para penduduk lokal, yang mayoritas adalah orang Arab dengan minoritas Druze, telah lama dikenal karena upaya mereka untuk mempertahankan swakarsa dan identitas unik mereka di tengah Suriah yang terpecah belah. Mereka memiliki struktur pertahanan diri dan komite-komite lokal yang seringkali bertindak sebagai penjamin keamanan di wilayah mereka.

Namun, sistem ini kini menghadapi ujian terberatnya saat konflik internal mengancam untuk merobeknya dari dalam.

Penting untuk dicatat bahwa komunitas Druze di Suwaida juga memiliki ikatan yang kuat dengan komunitas Druze di negara-negara tetangga seperti Lebanon dan Israel, menciptakan dimensi geopolitik yang lebih kompleks. Hubungan lintas batas ini seringkali menjadi sorotan, terutama ketika ketegangan di Suwaida meningkat, menarik perhatian dari berbagai aktor regional yang memiliki kepentingan di Suriah.

Di tengah riuhnya bentrokan internal ini, bayang-bayang intervensi eksternal juga turut memperkeruh suasana. Sebuah suara dari kalangan aktivis politik lokal telah melontarkan tudingan serius yang menyoroti peran Israel dalam krisis di Suriah secara lebih luas. Menurut aktivis tersebut, Israel dituding sebagai pihak yang "mengipasi krisis" di Suriah.

Tudingan ini mencuat seiring dengan laporan-laporan serangan udara Israel yang menargetkan berbagai lokasi di Suriah, termasuk sesekali di dekat Al-Suwaida. Israel secara konsisten menyatakan bahwa serangan mereka untuk 'membela diri' padahal inj menyangkut isu internal Suriah. Israel juga memperluas penguasaannya dari Dataran Tinggi Golan yang secara sah masih wikayah Suriah ke Quneitra mendekat Damaskus. Beberapa pengamat lokal, tindakan ini dilihat sebagai bagian dari strategi yang lebih besar, yakni proyek kolonialisme Greater Israel yang tak resmi diumumkan.

Lebih jauh lagi, aktivis tersebut mengemukakan bahwa Israel diduga berupaya "memanfaatkan masalah Druze untuk menekan pemerintah" Suriah. Isu tentang komunitas Druze, yang memiliki kerabat di kedua sisi perbatasan, seringkali menjadi kartu truf dalam permainan geopolitik regional. Tuduhan ini mengindikasikan kekhawatiran bahwa pemicu sensitivitas etnis dan agama dapat dieksploitasi untuk tujuan-tujuan politis yang lebih besar.

Meskipun tidak ada bukti langsung atau konfirmasi dari sumber independen yang menunjukkan Israel secara aktif memicu bentrokan antara suku-suku Badui dan Druze di Suwaida, pandangan ini mencerminkan persepsi yang ada di lapangan. Persepsi ini menyoroti kecurigaan yang mendalam terhadap niat para pemain eksternal dalam konflik Suriah yang berkepanjangan. Konflik internal di Suwaida, dengan demikian, tidak bisa sepenuhnya dilepaskan dari konteks geopolitik yang lebih besar.

Warga Al-Suwaida kini terjebak di antara dua api: api konflik internal yang membara dan bayangan intervensi eksternal yang terus membayangi. Mereka berharap dapat menemukan solusi internal untuk meredakan ketegangan, sambil mewaspadai potensi campur tangan pihak luar yang dapat memperparah situasi.

Perdamaian dan stabilitas di Al-Suwaida tetap menjadi tujuan utama, namun jalannya berliku dan penuh tantangan.
Meskipun demikian, ada secercah harapan dari pernyataan Gubernur Suwaida yang berjanji untuk bersatu melawan "rencana Israel" dan menegaskan bahwa provinsi tersebut akan tetap tenang meskipun ada provokasi. Pernyataan ini mencerminkan tekad kepemimpinan lokal untuk menjaga persatuan di tengah ancaman internal maupun eksternal. Ini adalah upaya untuk menyatukan barisan dan menolak upaya-upaya yang dapat memecah belah komunitas.

Komunitas Druze di Suwaida memiliki sejarah panjang dalam mempertahankan diri dan wilayah mereka. Mereka telah menunjukkan ketahanan yang luar biasa dalam menghadapi berbagai tantangan atas keterlibatan mereka mendukung rejim Bashar Al Assad di masa lalu.

Tugas berat kini diemban oleh para tetua suku, pemimpin agama, dan otoritas lokal untuk menemukan titik temu dan menghentikan pertumpahan darah.

Mediasi dan dialog menjadi kunci utama untuk meredakan ketegangan dan membangun kembali jembatan kepercayaan yang telah hancur akibat kekerasan. Tanpa itu, siklus kekerasan dapat terus berlanjut tanpa henti.

Masa depan Al-Suwaida sangat bergantung pada kemampuan warganya untuk bersatu, mengatasi perbedaan, dan menolak segala bentuk provokasi yang dapat merusak persatuan mereka.

Stabilitas di wilayah ini bukan hanya penting bagi penduduk lokal, tetapi juga memiliki implikasi yang lebih luas bagi keamanan dan keseimbangan kekuatan di Suriah selatan.

Dunia internasional juga memantau dengan cermat perkembangan di Al-Suwaida. Setiap eskalasi konflik di Suriah memiliki potensi untuk memicu krisis kemanusiaan baru dan memperumit upaya penyelesaian konflik yang lebih besar.

Oleh karena itu, perhatian terhadap apa yang terjadi di provinsi ini menjadi krusial. Pada akhirnya, nasib Al-Suwaida akan ditentukan oleh kekuatan internalnya dan kemampuannya untuk menavigasi lanskap geopolitik yang rumit. Komunitas Druze, dengan sejarah panjang perjuangan mereka, diharapkan dapat menemukan jalan keluar dari krisis ini dan mengembalikan kedamaian yang sangat mereka dambakan. Tantangan besar menanti, namun semangat ketahanan mereka diharapkan dapat menjadi mercusuar di tengah badai.

Posting Komentar

0 Komentar