Azerbaijan kembali mencuri perhatian kawasan dengan keberhasilannya menjadikan Khankendi sebagai tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-17 Organisasi Kerja Sama Ekonomi atau Economic Cooperation Organization (ECO) yang akan digelar pada 3–4 Juli 2025. Keputusan ini menjadi simbol kuat dari transformasi Khankendi, yang baru saja dibebaskan dari cengkeraman separatis Armenia pada tahun 2023, menjadi pusat diplomasi ekonomi regional.
Sekretaris Jenderal ECO, Asan Majeed Khan, mengumumkan rencana tersebut usai bertemu dengan Penasihat Presiden Azerbaijan, Hikmet Hajiyev, di sela-sela Forum Dialog Teheran. Ia menyampaikan bahwa persiapan menyeluruh telah dilakukan untuk menyambut delegasi dari sepuluh negara anggota, termasuk Iran, Afghanistan, Turki, dan Pakistan. Pertemuan ini akan mengangkat tema pembangunan berkelanjutan dan kerja sama ekonomi yang tangguh terhadap perubahan iklim.
Pemilihan Khankendi sebagai lokasi KTT bukanlah keputusan teknis semata. Ini merupakan langkah geopolitik cerdas dari Baku untuk mempertegas kedaulatannya atas wilayah Karabakh, sekaligus memperlihatkan kepada dunia bahwa kota yang dulunya menjadi simbol konflik kini bertransformasi menjadi poros kerja sama internasional. Kehadiran delegasi dari Iran dan Afghanistan juga menandakan terbukanya ruang diplomasi pasca-perang.
Khankendi sebelumnya telah menjadi tuan rumah beberapa pertemuan internasional penting sejak pembebasannya. Salah satunya adalah Forum Politik ADA ke-7 yang digelar pada April 2025, dengan tema “Menuju Tatanan Dunia Baru.” Forum ini menghadirkan lebih dari 80 tokoh dari 44 negara. Kota ini juga menggelar Konferensi Internasional Pariwisata dan Dinamika Perjalanan pada bulan Mei lalu, memperkuat citranya sebagai kota masa depan.
Sejak operasi antiteror pada 19–20 September 2023 yang menandai berakhirnya kekuasaan separatis Armenia di Khankendi, kota ini mengalami percepatan luar biasa dalam pembangunan. Bendera Azerbaijan dikibarkan langsung oleh Presiden Ilham Aliyev pada 15 Oktober 2023, menjadi simbol berakhirnya pendudukan lebih dari tiga dekade.
KTT ECO ini juga menunjukkan bagaimana Azerbaijan menggunakan momentum untuk memperkuat peran strategisnya di kawasan. Setelah menjadi anggota ECO sejak 1992, Azerbaijan telah dua kali menjadi tuan rumah KTT — di Baku pada 2006 dan 2012. Kini dengan Khankendi sebagai lokasi ketiga, Baku menyampaikan pesan bahwa pembangunan tidak hanya berlangsung di pusat, tetapi juga di wilayah yang pernah dikoyak perang.
Organisasi ECO sendiri beranggotakan sepuluh negara yang mewakili lebih dari 500 juta penduduk dan membentang di kawasan yang kaya akan sumber daya alam serta jalur perdagangan strategis. Khankendi menjadi panggung baru untuk menyatukan visi kawasan dalam menghadapi tantangan global seperti krisis iklim, ketimpangan ekonomi, dan ketegangan geopolitik.
Pemerintah Azerbaijan mempersiapkan Khankendi secara serius. Jalan-jalan baru dibangun, fasilitas hotel diperluas, dan pusat konferensi modern disiapkan untuk menyambut ratusan delegasi asing. Tidak hanya infrastruktur fisik, sektor keamanan dan pelayanan publik juga ditingkatkan untuk menjamin kelancaran pertemuan tingkat tinggi ini.
Langkah Azerbaijan ini pun memicu sorotan media internasional, terutama mengingat Khankendi masih memiliki luka sejarah yang dalam. Namun pemerintah justru melihatnya sebagai kesempatan emas untuk menjembatani masa lalu dan masa depan melalui kerja sama regional dan pemulihan kolektif. Pemilihan Khankendi sebagai tuan rumah ECO dipandang sebagai rekonsiliasi yang dimulai dari pembangunan.
Salah satu hal yang menarik adalah partisipasi Iran dan Afghanistan. Keduanya merupakan anggota pendiri ECO, dan kehadiran mereka di Khankendi dapat membuka peluang baru untuk dialog ekonomi lintas batas. Iran, yang selama konflik Karabakh mengambil posisi hati-hati, kini menunjukkan keterbukaan terhadap stabilitas baru yang dibangun oleh Baku.
Afghanistan, di tengah ketidakstabilan internalnya, juga dipandang dapat memanfaatkan forum ini untuk mempererat kembali hubungan ekonomi kawasan, khususnya dalam infrastruktur lintas negara dan konektivitas perdagangan. Kehadiran mereka di Khankendi adalah isyarat bahwa kawasan siap menyambut babak baru kolaborasi yang lebih inklusif.
Khankendi sebagai tuan rumah ECO juga mempengaruhi dinamika internal Azerbaijan. Pemerintah berharap keberhasilan acara ini dapat memperkuat program “Great Return” dan menghidupkan kembali kehidupan sipil di wilayah Karabakh. Diharapkan, legitimasi internasional yang datang melalui forum-forum semacam ini akan mempercepat integrasi dan pembangunan jangka panjang.
Tidak sedikit pihak yang menganggap langkah ini sebagai strategi cerdas untuk mengubah narasi internasional tentang Karabakh. Dari medan perang menjadi panggung diplomasi, dari simbol luka menjadi simbol harapan. Khankendi sedang dirancang untuk menjadi etalase Azerbaijan yang baru di Kaukasus.
Kota yang dulu disebut Stepanakert oleh pihak Armenia ini kini mengalami perubahan identitas secara total. Nama lama Khankendi digaungkan di panggung internasional, dan setiap pembangunan di kota ini dimaknai sebagai kemenangan politik dan budaya Azerbaijan. ECO 2025 adalah panggung untuk menegaskan semuanya.
Namun, tantangan ke depan masih besar. Kehadiran ECO di Khankendi hanyalah permulaan. Apakah kota ini benar-benar mampu menjadi simpul kerja sama jangka panjang? Apakah bekas luka konflik benar-benar dapat disembuhkan oleh diplomasi ekonomi? Jawabannya tergantung pada konsistensi dan inklusivitas dari agenda pembangunan Azerbaijan ke depan.
Satu hal yang pasti, Khankendi telah memasuki lembaran baru. Dari kota yang dibungkam oleh konflik, kini ia bersuara di forum internasional. Dan pada Juli 2025, mata dunia akan tertuju ke sana, menyaksikan bagaimana kota ini menjadi saksi pertemuan para pemimpin kawasan untuk merajut masa depan bersama.
0 Komentar