Penyewaan ini diprotes oleh Amerika Serikat dan mengancam akan mengisolasi Sudan dari dunia internasional.
Sekitar dua bulan yang lalu, pemerintah Sudan menyetujui rencana Rusia untuk menyewa pelabuhan sebagai pangkalan militer mereka.
Konflik Sudan bermula saat pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) perang dengan militer Sudan.
Angkatan bersenjata Sudan loyal kepada pemimpin de facto Abdel Fattah al-Burhan.
Wakilnya adalah pimpinan RSF Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo, yang juga dikenal sebagai Hemedti.
RSF disebut didukung oleh Uni Emirat Arab dan mempunyai kedekatan dengan Jenderal Khalifa Haftar di Libya.
Sementara Abdel Fattah al-Burhan mempunyai kedekatan dengan Mesir.
Dalam konteks ini, jika agen Amerika Serikat ikut bermain, khususnya untuk membatalkan penyewaan pangkalan militer Rusia ini berarti AS berusaha menggulingkan al-Burhan menggunakan tangan Rusia sendiri yang dekat RSF.
Pasukan RSF memiliki kekuatan 100 ribu pasukan yang tidak mudah ditundukkan begitu saja oleh militer Sudan.
Skenario yang mirip pernah terjadi di Libya, di mana Haftar yang dianggap sebagai mainan CIA akhirnya berhubungan dengan Rusia khususnya soal bantuan grup Wagner.
Negara ini menjadi pecah dua dan tidak ada pemenangnya meski AS juga tidak mendukung lawan Haftar yakni pemerintahan yang sah di Tripoli.
0 Komentar