Langkah Erdogan ini dinilai berhubungan erat dengan suasana jelang pemilu Turki di mana sentimen anti pengungsi Suriah semakin meninggi dan dikapitalisasi oleh oposisi.
Erdogan ingin mengatakan kepada warganya bahwa dirinya meningkatkan hubungan dengan Assad sehingga para pengungsi Suriah dapat segera dipulangkan.
Hal yang kedua adalah Erdogan ingin serius menindaklanjuti KTT Suriah, Rusia dan Turki baru-baru ini yang mengharuskan Ankata menarik pasukannya dari dalam Suriah.
Keberadaan pasukan Turki di Suriah merupakan mandat KTT Astana sebagai negara penjamin atau guarantor state.
Tujuan berikutnya dari langkah Erdogan ini adalah mempersatukan kelompok oposisi SIG/SNC yang selama ini masih belum tunduk dalam satu barisan di SIG.
Masih terdapat kelompok bersenjata di wilayah SIG yang belum mau bergabung dengan tentara oposisi SNA dan cenderung bertindak seperti parasit meski jumlahnya sedikit.
Bila Turki benar-benar menarik diri dari Suriah, maka kelompok oposisi mau tak mau harus bersatu dalam garis komando jika tidak ingin dilumat pasukan Suriah.
Atau pilihan berikutnya kelompok-kelompok itu keluar dari wilayah SNC dan rekonsiliasi dengan pemerintah atau bergabung dengan pasukan rejim.
Untuk selanjutnya Turki akan mendorong dialog antara SNC dan rejim untuk menyelesaikan masalah antar mereka termasuk dalam hubungannya dengan pemerintahan lainnya, seperti pemerintahan penyelamat Suriah (SG) dan pemerintahan SDC atau Qasad yang menguasai timur Suriah bersama AS.
Pertemuan Erdogan dan Assad ini dinilai akan menyelesaikan 75 persen masalah di Suriah dan sisanya seperti pemulangan pengungsi, rekonsiliasi internal dan penyatuan pemerintahan akan menjadi masalah yang harus diselesaikan berikutnya.
Dengan keluarnya Turki dari Suriah, maka Assad harus berhadapan dengan AS yang menduduki Timur Suriah.
Dapat dipastikan rejim tak akan berkutik melawan AS dan pada akhirnya akan membiarkan pasukan koalisi tersebut bercokol dalam waktu yang lama.
0 Komentar