Di era modern, gelombang pengungsi pertama ke Suriah datang dari Yunani saat negara tersebut memisahkan diri dari Ottoman Turki.
Mereka di tempatkan di Syam atau Suriah raya oleh pemerintah Ottoman yang belakanga daerah itu menjadi Suriah, Palestina dan Lebanon.
Ada juga pengungsi dari kelompok yang termarjinalisasi dari Kerajaan Rusia, pemisahan diri Serbia dan beberapa wilayah Balkan dari Ottoman dan lain sebagainya.
Berikutnya datang pula pengungsi Yahudi dari Eropa usai mengalami persekusi.
Beberapa kamp pengungsi itu berubah menjadi pemukiman, desa dan akhirnya menjadi kota mandiri.
Di Palestina, kota-kota Yahudi yang duluanya kamp pengungsi itu akhirnya mendirikan negara baru Israel.
Sementara pengungsi Kurdi dan Armenia dari Turki di Suriah Utara pada umumnya berubah menjadi warga Suriah dan mendirikan perkampungan mereka di sekitar pemukiman Kurdi yang sudah lama menjadi warga negara.
Namun hubungan antara Turki dengan warga Kurdi Turki tidak pernah lama membaik. Sehingga saban tahun ada saja warga Kurdi Turki yang mengungsi.
Pengungsi yang baru itu tidak diberi kewarganegaraan lagi karena mereka masih memiliki parpor Turki.
Sebagian dari mereka adalah pengungsi politik dan beraliansi kepada beberapa organisasi terlarang seperti PKK.
Saat itu hanya orang PKK ini yang hidup di pengungsian berupa tenda. Pengungsi Yunani, Serbia, Sirkasian (dari Uni Soviet) yang datang sebelum kemerdekaan Suriah telah lama menjadi warga negara dan hido mereka makmur.
Pada revolusi musim semi Arab 2011 lalu, kembali terjadi pengungsian. Namun kali ini bentuknya IDP atau internally displaced persons.
Mereka yang berada di wilayah oposisi harus mengungsi ke perbatasan Turki agar tidak menjadi target tembakan rezim Bashar Al Assad.
Semetara itu, orang-orang PKK menemukan kesempatan untuk bergabung ke konflik dan mereka membentuk organisasi YPG atau siskamlingnya kamp pengungsi Kurdi.
Namun AS yang sejak awal mengobok-obok Irak, menjadikan YPG sebagai mitra melawan ISIS kelompok non oposisi yang datang dari Irak dan dulunga adalah milisi buatan AS juga di Sons of Iraq dll.
YPG kemudian menjadi kekuatan utama di SDF gabungan dengan milisi Arab untuk membentuk pemerintahan tandingan bernama SDC Qasad.
Kelompok ISIS berhasil dikalahkan dan semua warga Suriah maupun asing yang berhasil direbut dijebloskan ke 'kamp Al Hawl' khusus ISIS.
Sepintas kamp ini mirip dengan ratusan kamp lainnya korban konflik di Suriah. Namun yang membedakannya adalah kamp ini berkonsep seperti kamp tahanan yang sudah jamak didirikan oleh AS dkk di Irak.
Usai Saddam Hussein digulingkan, jutaan rakyat Irak dijebloskan hidup melarat di kamp-kamp tahan seperti Kamp Bucca yang mantan tahanan di sini banyak jadi ISIS.
Kini sekitar 5 juta warga Suriah hidup dan terjebak untuk tinggal di kamp pengungsi, baik karena menjadi korban rezim Bashar Al Assad, korbannya ISIS maupun korban kebijakan AS dkk bersama SDF tadi yang dulunya adalah pengungsi juga.
Kelompok YPG dan SDF itu sebagian besar dulunya adalah pengungsi dari Turki yang akhirnya menjadikan warga Suriah sebagai tahanan di kamp pengungsi.
Begitualh kondisi Suriah, yang kalah dan lemah harus sabar menerima keadaan hidup di kamp pengungsi.
Tidak ada kata rekonsiliasi. Dan tak ada pula hak untuk kembali pulang ke rumah masing-masing karena semua pengungsi masih dianggap sebagai 'tersangka' oleh pemenang.
0 Komentar