Persamaan Konflik di Yaman dan Ethiopia dalam Isu Kolonialisme Internal

Di Eropa, pernah terdapat istilah 'internal colonialism' atau kolonialisme internal, saat sebuah wilayah di Eropa memaksakan pejajahan kepada wilayah Eropa lainnya.

Saat ini kasus kolonialisme internal bisa terlihat di Bosnia Herzegovina dan Kosovo oleh penjajah Serbia.

Bisa juga terlihat pada penjajahan Irlandia Utara oleh Inggris dan lain sebagainya.

Di Ethiopia, istilah penjajahan internal juga terjadi saat negara bagian Tigray melakukan pemberontakan dan ditumpas oleh pasukan pemerintah.

Isu itu dimulai saat kedua belah pihak tak sepakat soal tanggal penyelenggaran pemilu akibay Covid-19.

Dalam kaca mata Tigray, negeri mereka sedang dijajah oleh kelompok Oromo dan Amhara yang memang menguasai pemerintahan.

Tigrau kemudian membalas dengan menguasai daerah tetangganya termasuk Afar. Konflik pun merembet ketiga warga Afar merasa telah menjadi korban penjajahan oleh pasukan Tigray.

Kini beberapa wilayah Afar masih dikuasai oleh kelompok Tigray yang sudah ditetapkan oleh Ethiopia sebagai kelompon teroris. TPLF yang memerintah di Tigray yang kini telah berubah nama menjadi TDF memang sudah lama masuk dalam daftar organisasi terorisme di AS dkk.

Hal yang sama juga terjadi di Yaman. Ketika kelompok pemberongak Houthi menguasai ibukota Sanaa, sentimen anti penjajahan juga memuncak karena wilayah yang sejatinya bukan dalam pengaruh Houthi merasa telah dijajah oleh Iran melalui proksinya kelompok Houthi.

Penerintah yang sah kemudian pindah ke Aden dan melakukan upaya menghalau kelompok Houthi memperlebah wilayahnya ke selatan.

Sialnya, dalam proses itu, kelompok Yaman Selatan merasa terpinggirkan dan mulai membentuk sebuah dewan transisi bernama STC.

STV kemudian mengambilalih Aden dan menganggap pasukan pemerintah sebagai penjajah. Mereka melihat hanya sebuah kekuatan yang didominasi kelompok Partai Al Islah atau Partai Reformasi yang dituduh sebagai kelompok Ikhwan yang dulu didukung oleh Qatar.

STC kemudian memperluas wilayah ke bekas wilayah negara Yaman Selatan dulu termasuk Hadramaut dan Mahra.

Namun itu tidak berlangsung mulus, karena warga Hadramaut termasuk Mahra sejak awal memang sebuah protektorat terpisah dari Arabia Selatan di bawah Inggris.

Maka tak heran warga Hadramaut juga merasa sedang dijajah oleh Yaman Selatan yang merupakan proksi dari Uni Emirat Arab.

Saat itu praktis wilayah Hadramaut terbagi dua. Wilayah Hadramaut Utara yang menjadi wilayah kerja Kodam Satu pemerintah berada dalam kekuasan status quo sementara bagian selatan khusus kota besar dan kota pinggir pantai dikuasai STC.

Hal yang sama juga terjadi di provinsi perbatas. Misalnya di Al Hudaydah, kelompok Houthi melakui pemerintahan penyelamat di Sanaa menguasai 2/3 wilayah sementara sisanya oleh pemerintah.

Begitu juga di Taiz, pasukan pemeringah menguasia ibukota namun 2/3 wilayah luar kota dikuasai oleh kelompok Houthi.

Demam anti penjajahan bergema di dua belah pihak. Kelompok Houthi menganggap wilayah yang dikuasai pemerintah yang sah sedang dijajah oleh Koalisi Arab Saudi sementara sebaliknya warga melihat daerah yang berada di dalan kekuasaan Houthi sedang dijajah oleh Iran.

Posting Komentar

0 Komentar