10 Hantu Politik Masa Lalu yang Harus Didamaikan oleh Generasi Baru Yaman

Yaman merupakan negara yang kaya dengan sejarah. Akibatnya, negara ini menyimpan seabrek hantu politik yang menunggu penyelesaian dari generasi muda di masa mendatang.

Berikut 10 hantu politik di Yaman yang masih gentayangan sampai sekarang.

1. Hantu politik Revolusi 26 September 1962.

Saat itu terjadi revolusi untuk menggulingkan raja Yaman Utara. Anehnya, revolusi ini didukung oleh Mesir yang saat itu merupakan sekutu Yaman Utara.

Kelompok republik yang menggulingkan raja juga berasal dari pelajar yang dikirim kuliah di Mesir dengan beasiswa negara.

Salah satu bentuk hantu politik ini adalah lahirnya kelompok Houthi karena revolusi tersebut membuat kalangangan imamat Syiah Zaidiyah terpinggirkan.


Tak heran kelompok Houthi telah melakukan rekonsiliasi dengan keluarga raja yang mengungsi ke Inggris.

Kini, keturunan raja tersebut diberi kesempatan mengelola harta pusaka raja yang masih ada dalam bentuk yayasan.

Namun begitu, lahirnya Houthi ini menimbulkan hantu lain bernama revolusi 21 September.

2. Saat kelompok Houthi menguasai Sanaa pada 21 September 2014, pemerintah saat itu mengungki ke Aden dan mendirikan pemerintahan di pengasingan.

Meski Mansour Hadi tidak lagi menjadi presiden, ada banyak akibat dari naiknya kelompok Houthi ini.

Selain lahirnya pemerintahan interim, juga naiknya semakin kuatnya kelompon Partai Reformasi atau Al Islah.

Kelompok ini digunakan Hadi pada awal pemerintahannya di Aden untuk menjadi kekuatan utama militernya. 


Akibatnya, fron Taiz, Marib dan Shabwa sekitarnya berada dalam genggaman Al Islah. Saat Hadi mengundurkan diri dan menyerahkan kekuasan ke dewan presidium PLC, kelompok Al Islah termasuk kurang loyal karena dianggap mengurangi dominasi mereka.

3. Kelompok partai Al Islah ini juga dianggap oleh 'orang daerah' sebagai penjajah dari utara karena mereka tidak menyukai sentimen separatisme.


4. Hantu perang sipil 1994 dan separatisme Yaman Selatan.

Usai bersatunya Yaman Utara dan Selatan pada tahun 1990, kelompok Yaman Selatan mengungkapkan ketidakpuasannya dan menganggap persatuan itu merugikan mereka.


Eks pejabat pemerintahan akhirnya menggalakkan pemisahan diri kembali dari Yaman namun saat itu gagal.

Saat Hadi terusir dari Sanaa, dia merangkul kelompok selatan ini yang akhirnya menjadi duri dalam daging dengan terbentuknya pemerintahan de facto Yaman Selatan atau STC yang didukung oleh Uni Emirat Arab.

5. Buntut dari berdirinya pemerintahan de facto Yaman Selatan (STC), hantu Hadramaut juga muncul dan mengingatkan kembali revolusi 14 Oktober berdirinya Yaman Selatan.

Saat itu Hadramaut merupakan sebuah entitas negara terpisah dari Uni Emirat Arabia Selatan di bawah Inggris.
Saat itu kelompok revolusi ingin mengusir Inggris dari Aden namun dengan efek samping menghapuskan 26 keemiran yang sudah lama berdiri.

Seharusnya, saat Inggris berhasil diusir, struktur keemiran tidak perlu dihapus dan justru harus diperkuat.

Ratusan keluarga sultan dan emir mengungsi ke Arab Saudi. Sebagian besar eks keluarga keemiran Uni Emirat Arabia Selatan inilah yang menjadi pengurus di STC. Namun eks Negara Konfedeasi Hadramaut tidak sepenuhnya setuju.

Keturunan dan kabilah merak lebih setuju Hadramaut kembali merdeka jika STC juga merdeka. Suara ini didorong khususnya kelompok eks negara Al Katiri di Seiyun, Hadramaut.

Kelompok STC menganggap suara itu hanya membawa kembali romatisme Inggris.

6. Hantu Al Mahra.

Dengan mencuatnya sentiman Yaman Selatan (STC) dan anti tesanya Hadramaut, muncul pula sentimen separatisme Kesultanan Al Mahra dari Hadramaut.

Eks pejabat kesultanan Al Mahra melihat bahwa sebagai provinsi terbesar kedua setelah Hadramaut, maka Kesultanan Al Mahra juga wajar untuk berdiri kembali.

Kelompok ini kecewa saat STC memberikan ruang besar kepada Uni Emirat Arab untuk bercokol di Socotra.

Socotra kini bahkan sudah menjadi provinsi sendiri terpisah dari Al Mahra, sehingga mereka juga marah dengan pemerintah pusat yang kini di bawah dewan presidium PLC yang dipimpin Presiden Rashad Al Alimi.

7. Hantu Selatan di Utara.

Hantu selatan di sini maksudnya adalah eks pendukung Yaman Selatan yang akhirnya bergabung dengan Houthi karena jabatan.

PM Sanaa sekarang bentukan Houthi merupakan eks gubernur Aden yang kecewa setelah mengalami rotasi jabatan.

Beberapa tokoh selatan lainnya juga banyak bergabung dengan Sanaa.

8. Hantu Utara di Selatan.

Sama dengan kelompok nomor tujuh di atas, terdapat juga eks rekan koalisi Houthi yang gabung ke pemerintah.

Saat Houthi naik kuasa di Sanaa, mereka didukung oleh sebagian tentara dan kader parpol pro Abdullah Saleh, presiden sebelum Hadi.


Namun di tengah jalan Saleh dibunuh oleh Houthi karena dianggap mukai melakukan pendekatan dengan pemerintah.

Akibatnya keluarga Saleh yang banyak menduduki jabatan militer seperti kemenakannya Berigjen Tarik Saleh membelot ke pasukan pemerintah dan mendirikan tentara swasta terbesar dalam payung perlawanan nasional melawan Houthi.

Kini mereka menguasai Mocha sebuah kota pelabuhan di Taiz. Tarik Saleh juga menjadi anggota PLC dan nasibnya lebih baik dari bekas anggota keluarga keemiran yang digulingkan pada revolusi 14 Oktober yang kini banyak menjadi anggota STC.

9. Hantu global

Hantu ini adalah kelompok Alqaeda dan ISIS yang mengambil keuntungan dari kekacauan yang ada.

10. Hantu politik regional

Hantu ini berasal dari persaingan geopolitik antara Iran dan Arab. Khususnya persaingan antara Sunni dan Syiah.





Posting Komentar

0 Komentar