Semua pihak mulai menjauh bahkan membubarkan padukan dan pejuang asing.
Pemerintahan AANES/SDC secara perlahan telah mengurangi peran kombatan asing yang selama ini medukungnya.
SDC yang didominasi oleh YPG/PKK sempat membuka pintu kepada pejuang beraliran kiri dari seluruh dunia untuk mendukungnya. Dukungan paking banyak datang dari milisi Antifa dari AS yang kebanyakan mantan tentara.
Datang juga dari Eropa baik keturunan Kurdi maupun simpatisan.
YPG sendiri merupakan cabang dari PKK Turki yang dianggap kelompok teroris. Maka tak heran banyak anggotanya adalah Kurdi Turki yang memberontak.
Namun perlahan orang-orang Turki di tunuh YPG perlahan dikurangi dan banyak diperbantukan di bidang akademis tanpa publikasi.
Namun YPG/SDF tak bisa sepenuhnya lepas dari pengaruh asing karena AS dan sekutu NATO masih berada di wilayahnya.
Warga di wilayah AANES khususnya pro Bashar Al Assad selalu melakukan untuk rasa menentang kehadiran pasukan AS dan koalisinyang dianggap ilegal.
Sementara itu AANES juga selalu melakukan serangkaian aksi protes menentang kehadiran Turki di wilayah utara.
Di wilayah SIG dan SG juga saat ini sedang dilakukan upaya pembekuan kelompok-kelompok milisi yang dianggap berpotensi terlibat dalam aksi kriminalitas lintas batas.
Padukan SNA yang menjadi militer SIG mendirikan pusat komando untuk memberantas kelompok-kelompok yang berdiri tanpa ijin. Bagi SIG, pemerintahan SDC/AANES merupakan pemerintahan teroris yang digagas pemerintak Turki PKK.
Pemerintahan SG juga demikian. Melalui kekuatan militernya HTS baru-baru ini memaksa bubar sejumlah brigade yang bergerak secara independen. Kebanyakan dikelola oleh pejuang Chechnya atau Georgia.
Rejim Bashar Al Assad kelihatan juga lebih mengandalkan milisi dalam negeri untuk keamanan negerinya.
Meski tak bisa lepas dari dukungan asing seperti Iran, Irak dan Rusia, wilayah yang sepenuhnya dikuasai rejim lebih mengandalkan milisi lokal.
0 Komentar