Peran Milisi dan Politisi Kristen dalam Konflik Suriah

Para milisi dan politisi Kristen menjadi salah satu motor penggerak konflik di Suriah yang telah memakan korban ratusan ribu dan jutaan pengungsi.

Bahkan salah satu pimpinan oposisi George Sabra merupakan politikus Kristen yang memerintah oposisi sekarang bernama SNC dari Turki.

Kelompok Kristen dalam berbagai sekte termasuk Ortodoks, Suryani, Katolik, Armenia, Protestan dll juga terlibat dalam pemberontakan dalam lembaga FSA dan SDF di Timur Suriah.

Persenjataan mereka kebanyakan disuplai oleh AS, Turki, Jerman, Arab Saudi dan lain sebagainya baik secara langsung maupun mengatasnamakan FSA, SDF, oposisi dan lain sebagainya.

Uniknya pihak Kristen juga berada di garis depan pihak rejim Bashar Al Assad. Saat revolusi terjadi, justru yang menjadi panglima angkatan bersenjata dan berikutnya Menhan Suriah saat itu adalah orang Kristen Jenderal Dawoud Abdallah Rajiha yang bertanggung jawab dalam pembunuhan brutal para aksi demo di awal revolusi terjadi.

Belakangan pentolan beberapa milisi pro Assad juga dipegang oleh kalangan Kristen khususnya ketika para miliarder ikut mendirikan kelompok milisi masing-masing yang terdaftar dalam NDF, laskar pro Assad seperti Basel Haswani miliarder perminyakan Suriah. Kebanyakan miliarder Suriah adalah orang Kristen sebagaimana juga di Mesir.

Mereka dulunya keturunan Kristen Utsmaniyah/Ottoman yang dikhususkan oleh Khilafah menguasai perdagangan.

Saat ISIS mulai membesar dan menjadi kekuatan utama di Suriah, kalangan Kristen juga membantu ISIS mengalahkan FSA di Raqqa, Deir Ezzour dan sekitarnya. 

Baik itu dengan pasokan senjata maupun ekonomi khususnya dengan melancarkan penjualan minyak ISIS untuk membeli senjata dan menggaji pasukan.

AS kemudian menerapkan sanksi ekonomi kepada para miliarder Kristen Suriah yang membantu ISIS menjual minyak ke rejim salah satunya George Haswani.

Milisi Kristen semakin kuat dengan pasokan persenjataan canggih dari Jerman saat bersama SDF/YPG turut menumpas ISIS di Raqqa dan sekitarnya.

Salah satu keunggulan milisi Kristen adalah koneksi luas dengan media maistream. Saat sebuah brigade Kristen kewalahan di lapangan, media-media maisntream langsung menggencarkan serangan media global bahwa telah terjadi pembantaian oleh musuh baik itu oleh rejim, FSA atau ISIS dan biasanya yang digarisbawahi Islam membantai Kristen.

Sebaliknya pembantaian kepada penduduk atau milisi lawan yang dilakukan oleh milisi Kristen tidak pernah diberitakan bahkan ditutupi.

Misalnya jika yang melakukan pembantaian itu adalah milisi Kristen pro rejim, maka yang disebut adalah 'tentara diktator Bashar Assad' membantai warga, bahkan istri Assad juga dilabeli oleh media Eropa sebagai Ratu Kematian.

Begitu jika itu pro FSA, SDF dan lain sebagainya. Saat milisi Kristen pro SDF membantai warga Arab maka yang diberitakan adalah pembantaian warga Arab oleh 'kalangan Kurdi'. Dan juga tidak diberitakan bahwa ribuan korban sipil dalam mengalahkan ISIS oleh AS dan koalisi sebagai pembantaian kepada warga Muslim Suriah oleh koalisi negara Kristen.


Bahkan ada istilah lebih halus yakni kelompok 'non-Islamis' dalam konflik Suriah. (Baca)

Tidak saja milisi Kristen pemain lokal. Milisi Kristen pemain luar juga banyak terlibat seperti Free Burma Ranger yang anggotanya terdiri dari milisi terlatih dari kelompok Kristen Myanmar.

Ada juga milisi Kristen dari Eropa, Amerika Latin dll bahkan dalam bentuk militer swasta. Itu belum termasuk kelompok yang datang dari ideologi tertentu misalnya kelompok kiri, sosialis sedunia, antifa dan lain sebagainya. 

Kemampuan milisi Kristen ini yang tak dimiliki oleh kelompok minoritas tertindas seperti Uighur di Tiongkok, Rohingya di Myanmar, Kashmir di India dan di beberapa negara Afrika.

Sehingga banyak di antara mereka menjadi korban genosida dalam arti yang sebenarnya, bukan 'narasi genosida' yang sengaja dimunculkan saat sebuah milisi terdesak di lapangan dan membutuhkan bantuan serangan udara dari koalisi.

Presiden Rusia Vladimir Putin bahkan secara terbuka menunjukkan simbol-simbol Kristen dalam aksinya membantu Assad. Misalnya akan membantu pembangunan gereja mirip Aya Sofia di Suriah, lebih dahulu merehabilitasi gereja-gereja yang rusak daripada rumah ibadah lainnya.

Padahal dunia internasional juga tahu bahwa miliarder Kristen George Haswani yang membantu ISIS juga punya paspor Rusia. Dan bahwa serangan udara Rusia juga menghancurkan gereja-gereja di wilayah oposisi.

Rusia bahkan membangun patung Alexandre Nevski di pangkalan Khmeimin. Nevski merupakan tokoh yang dinilai berjasa mempertahankan Rusia yyang hampir punah saat hampir seluruh Rusia sekarang dikuasai oleh kalangan Mongol Muslim pada abad sebelum pertengahan.

Belum termasuk pembangunan patung 'teroris' Wagner, militer swasta Rusia yang seperti mengglorikasi penderitaan warga Muslim Suriah yang sampai saat ini masih jutaan tinggal di pengungsian. (Baca)

Posting Komentar

0 Komentar