Saat ini parlemen Irak sedang menggodok distribusi anggaran untuk 2021 dan isu ini menjadi sensitif khususnya antara pusat, daerah dan daerah otonomi Kurdistan.
PMU kini memiliki 160 ribu anggota yang dulunya dibentuk untuk memerangi ISIS.
Kelompok Sunni menyumbang 15 ribu pasukan yang rencananya akan ditingkatkan menjadi 50 ribu. Selebihnya merupakan relawan Syiah.
Gaji anggota PMU berkisar 80 dollar AS atau sekitar 120 ribu dinar Irak.
Mata uang Irak memang tidak pernah membaik sejak Saddam Husein ditumbangkan. Korupsi oleh pegawai Perserikatan Bangsa-bangsa dalam program oil for food serta berbagai pencurian cadangan emas Irak oleh tentara AS semakin memperburuk kondisi.
Apalagi perusahaan-perusahaan AS masih harus diutamakan dalam berbagai proyek dalam negeri sehingga ekonomi Irak sulit bangkit meski output minyaknya terus ditingkatkan.
AS menginginkan milisi PMU yang dikendalikan dari kantor PM ini dibubarkan karena ISIS sudah kalah. PMU juga dituduh AS pro Iran. Sementara PMU juga menginginkan AS segera meninggalkan Irak.
Pemerintah Irak juga harus mempertimbangkan penambahan milisi mengingat militer Irak sendiri beejumlah 530 ribuan pasukan aktif.
Apalagi PMU saat ini lebih banyak beroperasi di Suriah yang menurut AS hanya mengikuti agenda Iran untuk kepentingan Bashar Al Assad.
Sebagai catatan, standar gaji milisi di Suriah malah hanya 20 dolar AS baik yang menjadi milisi nya militer Assad NDF maupun milisi Fathimiyoun. Walau begitu standar gaji warga Afghanistan/Pakistan yang menjadi bagian dari Fathimiyoun sekitar 500 dollar AS turun dari 2.000 dollar saat awal keterlibatan Iran mendukung Bashar Al Assad.
Sementara pegawai atau yang bekerja dengan SIG, SG dan SDF di Suriah gajinnya juga berkisar 400-1.200 dolar AS tergantung jabatannya. Namun dalam penempatan ke luar negeri seperti SNA di Libya gaji awal sekitar 2.000 dolar AS namun akhirnya turun menjadi 600 dollar AS saat Libya sudah damai.
0 Komentar