Artikel pendek ini menelisik profil Ustadz Sambo dan kiprahnya di pentas politik. Sosok ini menarik untuk dilihat jika diletakkan dalam konteks peta politik Indonesia yang dikaitkan dengan peran agama pasca Pilpres 2014 dan khususnya, Pilkada DKI 2017.
Sosok Sambo akhir-akhir ini sering muncul di media massa cetak, juga online, terkait aksi-aksi politik jalanan khususnya sebagai ketua “Presidium 212” ketika membela media moghul Harry Tanoe, dengan mengadukan “krimininalisasi” atas kasus yang menimpanya kepada Komnas HAM. Pada 2013, Ansufri Idris Sambo memproklamirkan dirinya sebagai calon Presiden Republik Indonesia melalui jalur independen. Namun, pernyataan tersebut tenggelam di tengah kemunculan sosok-sosok lainnya, mulai dari Aburizal Bakrie, Prabowo, Mahfud MD, Wiranto, Jusuf Kalla, Hatta Rajasa, dan Joko Widodo di tengah berita media massa cetak dan online. Meskipun saat itu Sambo mendapatkan dukungan dari Muhammad Arifin Ilham dan Mayjen TNI (Purn) Agus Gunaedi Pribadi (Mantan Pangdam Kodam II Sriwijaya), tetapi pernyataan politiknya kerap dianggap sebagai lelucon.
Alasan utamanya mencalonkan menjadi presiden, sebagaimana dapat dilihat dalam akun youtube nya pada 28 Maret 2013 adalah “…karena melihat fenomena bangsa kita saja, ada keterpanggilan begitu, dimana di negeri kita kok dari dulu sejak merdeka sampai sekarang pemimpin sudah berganti berkali-kali, bahkan lebih dari lima kali, awalnya yang kita dambakan menghasilkan pemimpin-pemimpin yang reformer, yang juga akan memberikan kesejahteraan kepada masyarakat, ternyata setelah reformasi pun tidak demikian, kemiskinan masih di mana-mana, kebodohan, orang-orang yang lapar masih ada, bencana dan lain sebagainya”.[i]
Kepercayaan dirinya untuk mencalonkan diri sebagai presiden ini tampaknya didukung oleh posisinya sebagai anggota pengajian majelis taklim di samping keberadaan murid-muridnya di pondok pesantren. Meskipun bukan berasal dari ekonomi yang mapan dan tidak memiliki dukungan dari partai politik, Sambo memiliki jamaah yang semakin hari semakin banyak. Rekognisi sosial diperoleh setelah meningkatnya frekuensi mengisi pengajian di majelis-majelis taklim di wilayah Jabodetabek. Kapasitas memberi ceramah agama ini diperolehnya saat ia nyantri selama dua tahun di Pondok Pesantren Ulil Albab, Universitas Ibnu Khaldun Bogor, bersamaan dengan statusnya sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor (IPB) sejak tahun 1989. Alih-alih meneruskan profesinya sebagai pengajar Matematika, ia kemudian mengkhidmatkan diri sebagai penceramah agam Islam.
Berbekal kemampuannya dalam berceramah agama ini, Sambo lalu menimba ilmu Bahasa Arab dan ilmu Agama Islam pada tahun 1998 di Yordania. Selama di Yordania, menurut penuturan Taufik Ridho (almarhum), Sekretaris Jenderal Partai Keadilan Sejahtera (PKS), yang saat itu bertugas dua tahun sebagai wartawan, Sambo menjadi guru spiritual agama Islam Prabowo, saat menjadi Danjen Kopassus di Yordania (www.hidayatullah.com, 24 Mei 2014). Setelah menunaikan ibadah haji pada tahun 1999 dan kembali ke Indonesia pada tahun 2005 Sambo mempopulerkan pelatihan shalat khusu’. Ia kemudian mendirikan pondok pesantren “Hilal” tahun 2008 untuk mencetak kader ustadz dan imam masjid. Kemudian pada tahun 2010, ia bercita-cita menjadi Presiden Republik Indonesia. Sejak tahun 2011-2012 ia benar-benar mempersiapkan diri untuk menjadi Presiden (Akun youtube Ustadz sambo, 2013). Laki-laki kelahiran kampung Runding, Kota Subulussalam, Nangroe Aceh Darussalam 20 November 1970 ini berupaya meraih cita-citanya sambil terus mengisi sesi-sesi ceramah di berbagai majelis taklim dan pelatihan shalat khusu’ yang diadakan pelbagai instansi, baik swasta maupun pemerintah.
Namanya mencuat saat Prabowo berpasangan dengan Hatta Rajasa mendeklarasikan diri dalam Pilpres 2014 di Rumah Polonia (Tirto.id, 19 April 2017). Dalam konteks Pilkada DKI 2017, namanya tidak muncul meskipun ada rangkaian demonstrasi yang kontroversial menuntut pemerintah memenjarakan Ahok dengan tuduhan penistaan agama. Tapi nama Sambo hadir saat menjadi “Ketua Pelaksana Tamasya Al-Maidah” menjelang hari pencoblosan Pilkada DKI putaran kedua, 19 Mei 2017.
0 Komentar