Beberapa pengamat melihat bahwa rejim Bashar Al Assad dinilai lebih suka menyerang Idlib daripada membebaskan Golan dari penjajahan Israel.
Padahal hal itu sangat bertolak belakang dengan kenyataan di lapangan. Justru penerintagan penyelamat Suriah (SG) lebih kooperatif dibandingkan yang lain.
Pembukaan jalur lintar antara wilayah SG dengan rejim salah satu buktinya. SG rela mengambil kebijakan 'berdamai' degan rejim dengan risiko ditentang warga.
Bahkan pemerintahan interim Suriah (SIG) juga mengecam keras sikap 'kolaboratif' SG dengan rejim.
Lalu mengapa Idlib menjadi target paling mudah bagi Assad?
1. Skenario permainan di pihak Assad berada di tangan Rusia. Walau Idlib adalah daerah zona seeskalasi yang sudah disepakati dengan Turki dan Iran, namun pihak yang mengontrol sebagian besar Idlib tdk ikut dalam kesepakatan tersebut.
Lagi pula, hanya SIG di bawah 'garansi' Turki, bukan SG yang memerintah di Idlib.
2. Rusia bakal merasa tidak punya kepentingan jika Assad lebih memilih membebaskan Golan. Dan Assad juga bakal tidak mudah membebaskan Dataran Tinggi Golan karena pasukan rejim di selatan Suriah berada di bawah kontrol Rusia, khususnya di Daraa (Houran) karena sebagian besar berasal dari eks oposisi yang rekonsiliasi.
Dan mereka tidak sepenuhnya loyal ke Assad karena berbagai kejadian penghilangan paksa yang melibatkan intelijen Damaskus.
3. Assad juga sudah terkunci tak bisa membebaskan yang lain seperti wilayah pemerintahan otonomi NES di Timur Suriah karena militernya SDF dikindungi AS, begitu juga ke wikayah Al Rukban.
Jika melihat dari kejadian yang ada di lapangan, NES bakal dibebaskan oleh milisi dari suku-suku setempat yang loyal ke Damascus.
4. Pembebasan wilayah lainnya seperti SIG, jikapun harus dilakukan akan lebih mudah digelar jika semua wilayah sudah dikuasai Assad termasuk Selatan Suriah.
Dari beberapa skenario di atas, memang tidak ada pilihan paling logis bagi Assad kecuali hanya menyerang Idlib, karena menjadi target yang paling mudah.
0 Komentar